Suara.com - Kepolisian Republik Indonesia, pada Sabtu (30/9/2017), mengakui bahwa pihaknya telah mengimpor senjata berupa grenade launcher dari Bulgaria melalui PT. Mustika Duta Mas.
Sebanyak 280 pucuk peluncur granat bikinan Arsenal, sebuah produsen senjata tertua di Bulgaria, itu telah tiba di bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten.
Kedatangan senjata ini dikait-kaitkan dengan pernyataan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, beberapa waktu lalu di Cilangkap, tentang sebuah adanya impor ilegal senjata api oleh institusi tertentu di Tanah Air. Jenderal Gatot mengindikasikan bahwa senjata yang diimpor itu bisa menembak tank, pesawat, dan bisa menembak kapal laut.
Benarkah ada hubungannya antara impor senjata yang masih menunggu rekomendasi dari Badan Intelijen Strategis (BAIS), sebuah lembaga intelijen yang berada di bawah komando TNI itu dengan sinyalemen Jenderal Gatot?
Berdasarkan penelusuran Suara.com di laman resmi Arsenal JSCo, perusahaan itu menjual tiga jenis peluncur granat. Yang pertama adalah Underbarrel Grenade Launchers (UBGL), jenis yang lazim dipasang pada senjata-senjata laras panjang.
Yang kedua ada Grenade Launcher-Revolver Type. Sesuai namanya, peluncur granat ini memiliki mekanisme penyimpanan peluru dalam tabung berputar, seperti pada pistol revolver.
Terakhir adalah Stand-alone Grenade Launchers (SAGL). Tipe ini bisa digunakan mandiri, tanpa perlu dipasangkan pada senjata lain. Jenis ini yang disebut-sebut diimpor oleh Polri dan akan digunakan oleh Brimob.
Senjata yang dalam website Arsenal termasuk dalam produk "Militer dan Penegak Hukum" itu, tersedia hanya untuk amunisi kaliber 40x46mm bervelositas rendah, dengan panjang maksimal 160mm.
"SAGL adalah sebuah senjata sekali tembak, pendukung (pertempuran) jarak dekat, yang dirancang untuk digunakan terhadap satu target atau satu area pada jarak maksimal 400 meter," tulis Arsenal dalam situs resminya.
Senjata itu memiliki popor teleskopik yang bisa dilipat.
"Saat peluncur granat digunakan, popor tak boleh dalam kondisi terlipat," tulis Arsenal.
Senjata ini panjangnya sekitar 608mm dan jika popornya dilipat hanya sekitar 424mm. Bobotnya sekitar 2,85kg.
Adapun menurut Komandan Korps Brimob, Inspektur Jenderal Murad Ismail, mengatakan bahwa SAGL bisa menggunakan macam-macam peluru.
"Kita mendengar nama itu seakan-akan grenade launcher yang luar biasa. Padahal pelurunya bulat. Pelurunya ada banyak, ada peluru karet, ada peluru hampa, ada peluru gas air mata, ada peluru asap, dan ada juga peluru yang menimbulkan ledakan, tapi tabur," kata Murad.
Murad juga mengatakan bahwa pihaknya sudah tiga kali membeli senjata itu, yakni pada 2015, 2016, dan saat ini.
Murad membantah jika senjata ini dapat menghancurkan sesuatu seperti tembok atau tank. Menurut dia senjata ini digunakan di daerah operasi untuk memberi efek kejut.
"Ini bukan buat anti tank. Ini digunakan untuk di daerah operasi," beber dia.
Inikah Senjata yang Diimpor Polisi dari Bulgaria?
Liberty Jemadu Suara.Com
Minggu, 01 Oktober 2017 | 06:21 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Wacana Polri di Bawah Kemendagri, Setara Institute: Kritik Keras PDIP untuk Demokrasi
24 Desember 2024 | 13:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Tekno | 20:50 WIB
Tekno | 20:26 WIB
Tekno | 20:07 WIB
Tekno | 19:42 WIB
Tekno | 18:28 WIB
Tekno | 18:16 WIB
Tekno | 17:56 WIB