Suara.com - Kebotakan adalah salah satu momok yang paling ditakuti oleh mayoritas lelaki di dunia. Menurut The Guardian, pada 2016 sekitar Rp27 triliun dihabiskan lelaki di dunia untuk mencegah dan melawan kerontokan rambut.
Kebotakkan pada lelaki sendiri hingga saat ini belum ditemukan obatnya. Justru banyak obat yang tersedia di pasaran memiliki efek samping berbahaya, termasuk diyakini bisa menyebabkan disfungsi ereksi jangka panjang.
Tetapi sebuah studi terbaru memberi jalan keluar yang lebih murah. Jalan keluar ini bukan soal obat, tetapi tawaran untuk melihat kebotakan dari sudut pandang lain.
Studi dari para ilmuwan di University of Pennsylvania, Amerika Serikat yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science menunjukkan bahwa lelaki botak justru dipandang lebih keren dari yang berambut.
Lebih tepatnya, seperti yang ditulis para peneliti, lelaki botak dinilai sebagai lelaki yang lebih dominan, percaya diri, kuat, dan terlihat lebih tinggi.
Kesimpulan ini diperoleh setelah para peneliti melakukan tiga buah eksperimen.
Dalam eksperimen pertama para peneliti meminta 59 mahasiswa melihat foto 25 lelaki, yang 10 di antaranya berkepala plontos. Semua lelaki dalam foto itu tak memiliki jenggot atau kumis dan mereka berfoto dengan latar belakang hitam.
Para mahasiswa kemudian diminta untuk menilai para lelaki dalam foto, apakah mereka dominan atau tipe yang lebih ramah. Hasilnya, para responden menilai lelaki gundul lebih dominan dibanding mereka yang berambut.
Dalam eksperimen kedua, para peneliti hanya melibatkan 344 partisipan, yang 177 di antaranya perempuan. Mereka diminta untuk melihat foto empat lelaki. Foto-foto itu ada dua jenis: pertama foto keempat lelaki tanpa rambut dan foto kedua, wajah keempat lelaki itu disunting sehingga memiliki rambut.
Para partisipan kemudian diminta untuk menilai, sama seperti pada eksperimen pertama. Hasilnya, lelaki yang tak berambut tetap dinilai lebih dominan, lebih maskulin, dan lebih percaya diri.
Uniknya para responden juga mengira para lelaki botak itu lebih tinggi 1 inci dari tinggi mereka sebenarnya.
Lalu pada studi ketiga para ilmuwan mengundang 552 responden, yang 279 di antaranya adalah perempuan. Mereka diminta membayangkan seorang tokoh fiktif bernama John dalam dua versi: memiliki rambut dan botak.
Mereka lalu diminta untuk menilai karakter John, ketika ia dibayangkan sebagai lelaki berambut dan ketika ia dibayangkan sebagai lelaki botak. Hasilnya, mayoritas responden menilai John versi botak lebih dominan, maskulin, dan kuat ketimbang John berambut.
Dari hasil penelitian-penelitian itu, para peneliti menganjurkan kepada para lelaki yang mengalami masalah kerontokan rambut untuk tak menghabiskan uang untuk mencari obat atau solusi atas masalah itu.
"Ketimbang mengabiskan miliaran dolar setiap tahun untuk mengobati kerontokkan rambut, studi ini mengajurkan agar lelaki yang mengalami kerontokan rambut untuk mencukur habis rambut mereka," tulis para peneliti.
Anjuran ini penting, menurut para peneliti, karena dalam studi-studi sebelumnya ditemukan bahwa lelaki yang dianggap dominan dinilai memiliki potensi sebagai pemimpin dan karenanya lelaki botak dinilai punya peluang karier lebih bagus dalam pekerjaan. (Tech Times)
Studi: Lelaki Botak Dipandang Lebih Percaya Diri dan Dominan
Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 19 September 2017 | 15:29 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
5 Mitos Mengenai Transplantasi Rambut yang Perlu Diluruskan, Apa Saja?
02 November 2024 | 09:05 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI