Suara.com - Rencana pemerintah untuk mempercepat proses migrasi jaringan 2G ke 4G, diprediksi akan menemui jalan terjal. Salah satu masalah yang menghambat proses migrasi adalah ketersediaan gawai murah.
Dijelaskan oleh pengamat industri telekomunikasi Nonot Harsono, ketersediaan smartphone yang terjangkau dapat membantu proses migrasi jaringan secara lebih cepat.
"Kalau memang perlu, pemerintah dan pelaku upaya bisa menciptakan perangkat sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga mereka bisa menggunakan teknologi 4G," ujar Nonot.
Ia melanjutkan, selama ini penggunaan 2G masih dominan di Indonesia. Menurut data yang ia peroleh, 60 hingga 70 persen masyarakat Indonesia masih menggunakan layanan 2G.
Baca Juga: Rudiantara: Pengguna Teknologi 4G Capai 60% di Akhir 2017
Berkaca dari hal tersebut, ia mengatakan bahwa dibutuhkan kerja sama antar pemangku kepentingan untuk mempercepat proses adopsi 4G.
Sementara itu, Hartadi Novianto selaku Head of Device Sourcing and Management Smartfren Telecom, mengatakan bahwa pihaknya berusahaa untuk menyediakan perangkat 4G yang terjangkau masyarakat.
"Itulah kenapa Andromax masih bermain di level bawah agar masih dapat dijangkau masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan bahwa proses adopsi 4G yang merata dapat meningkatkan efisiensi industri telekomunikasi di Indonesia.
"Jika sudah berpindah ke 4G maka Industri akan lebih efisien. Kita harus memiliki industri cost yang lebih murah," ujarnya beberapa waktu lalu.