WhatsApp Ungkap Rencana untuk Kenakan Tarif pada Pengguna

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 06 September 2017 | 15:47 WIB
WhatsApp Ungkap Rencana untuk Kenakan Tarif pada Pengguna
Aplikasi WhatsApp pada sebuah iPhone (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - WhatsApp, pada Selasa (5/9/2017), mengumumkan akan mulai mencoba cara-cara baru untuk menghasilkan uang dengan memasang tarif pada layanannya. Tetapi pengguna yang akan ditarik bayaran adalah perusahaan yang membuka saluran khusus dengan para pelanggannya.

WhatsApp kini mengembangkan fitur WhatsApp Business, yang menyasar para pengguna dari kalangan perusahaan. Dengan fitur ini perusahaan-perusahaan akan memiliki akun resmi bertanda khusus yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan para pelanggan.

Sebagai awalan, WhatsApp Business akan bisa digunakan secara gratis, tetapi perusahaan milik Facebook itu mengatakan akan mulai mengenakan tarif bagi perusahaan-perusahaan yang menggunakan fitur itu.

"Kita tahu perusahaan-perusahaan punya banyak kebutuhan. Salah satunya mereka ingin profil resmi, sebuah profil terverifikasi sehingga para pelanggan bisa dengan mudah mengidentifikasi mereka," tulis WhatsApp dalam blog resminya.

Lebih lanjut WhatsApp mengatakan bahwa WhatsApp Business akan bisa digunakan secara gratis oleh perusahaan-perusahaan kecil untuk terhubung dengan para pelanggan.

"Sementara itu ada sebuah solusi enterprise untuk perusahaan lebih besar yang beroperasi dalam skala lebih luas dengan pelanggan global seperti maskapai penerbangan, perusahaan e-commerce, dan perbankan," jelas WhatsApp lebih lanjut.

"Perusahaan-perusahaan ini akan bisa memanfaatkan solusi kami untuk memberikan informasi penting bagi pelanggannya seperti jadwal penerbangan, konfirmasi pengantaran barang, atau informasi lainnya," imbuh WhatsApp.

Jika nanti terwujud, maka ini akan menjadi upaya pertama Facebook untuk meraup untung dari WhatsApp. Facebook sendiri mengakuisisi WhatsApp pada 2014 seharga 19 miliar dolar AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI