Suara.com - Sepuluh tahun ke belakang tren penggunaan media sosial dimulai. Dan kini media sosial (medsos) seakan tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, seiring dengan penciptaan ponsel pintar dengan harga yang terjangkau.
Masih jelas di ingatan kita bagaimana perbedaan pilihan membuat Pilkada DKI Jakarta begitu ramai di media sosial. Penyebaran berita hoax yang tak terbendung hingga bermusuhan dengan teman di media sosial seakan tak terhindarkan.
Sebuah survei yang dilakukan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) pada masa Pilkada DKI Jakarta 2017 pun menemukan fakta yang mencengangkan. Survei hasil kerja sama dengan Selasar.com terhadap 700 data pengguna ini mengerucutkan 107 partisipan dimana 85 diantaranya golongan milenial. Sementara itu 32 orang adalah warga DKI Jakarta.
Para partisipan diberi 50 pertanyaan tertutup menggunakan instrumen Tylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) untuk mengukur tingkat kecemasan partisipan. "Hasilnya orang DKI lebih cemas dibandingkan warga Non DKI. 62.5 persen dibandingkan 37.5 persen," ujar Ketua PDSKJI, dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ di @America, Jakarta, belum lama ini.
Menariknya, kata dia, kecemasan paling tinggi justru dialami mereka yang golput alias tidak memberikan piluhan yakni sekitar 60.4 persen. Namun kecemasan tidak berlaku bagi partisipan yang berasal dari partai politik.
"Hanya masyarakat awam yang cemas terhadap hasil pilkada DKI kemarin," tambah Riyanti.
Ia menyadari bahwa kemudahan mengakses berbagai informasi menjadi alasan mengapa penggunanya lebih didera kecemasan. Namun menurut hasil survei mereka yang aktif mencari informasi dan yang tidak memiliki kadar kecemasan yang relatif sama.
"Tidak kita cari pasti sampai karena ada media sosial. Orang gampang ngeshare sesuatu, sehingga akhirnya yang mencari atau tidak tingkat kecemasannya sama," lanjut Riyanti.
Beberapa topik di media sosial yang menyebabkan kecemasan, kata dia, paling tinggi menyangkut berita ujaran kebencian atau hoax, penistaan agama dan ras.
Pilkada DKI Jakarta ini juga, menurut survei, turut membuat pengguna media sosial kehilangan teman. Sebanyak 51 orang kehilangan teman dengan kecemasan 66,7 persen.