Suara.com - Sebuah penelitian baru mengungkapkan, planet berukuran Bumi yang bisa menampung kehidupan, berkeliaran di ruang kegelapan, di antara bintang-bintang.
Planet yang mengembara dikenal sebagai Planet 'Mengambang Bebas' atau 'Yatim', telah terdeteksi untuk pertama kalinya. Mereka melintasi Bima Sakti tanpa planet pendamping atau bahkan bintang dan mungkin ada miliaran di luar sana.
Dan meski tidak memiliki organisme sinar matahari yang bisa bertahan di ventilasi hidrotermal, membuka lebih banyak kesempatan untuk mencari kehidupan ekstra terestrial.
Panas dari formasi planet dan unsur radioaktif yang membusuk di batuan masih akan membuatnya layak huni.
Baca Juga: NASA Rilis Daftar 10 Planet Baru yang Berpotensi Dihidupi Alien
Planet yang tidak memiliki bintang ini hanya diidentifikasi sebagai kelas baru di tahun 2011, namun mereka adalah raksasa gas daripada dunia berbatu seperti Mars dan Bumi.
Kini para astronom Polandia telah melakukan survei kedua, tentang tonjolan tengah Bima Sakti yang luasnya enam kali lebih besar. Ini mengindikasikan adanya planet berbatu mengambang bebas seukuran Bumi, yang akan dua sampai sepuluh kali lebih besar.
Beberapa ilmuwan berargumentasi planet tersebut memiliki danau, samudra dan lubang hidrotermal, seperti di Bumi dimana kehidupan tumbuh subur.
Prof Andrzej Udalski dan rekannya menggunakan teknik yang disebut 'lensing mikro gravitasi', di mana cahaya menjadi bengkok saat melewati benda besar, seperti planet 'yatim'.
Gravitasi planet ini melambangkan ruang di sekitarnya, membuat area ini tampak seperti kaca pembesar raksasa. Jika "kaca pembesar" ini melintas di depan sebuah bintang yang sudah diawasi oleh teleskop di Bumi, bintang tersebut akan tampak cerah untuk waktu singkat.
Baca Juga: 7 Planet Paling Ekstrem di Alam Semesta
"Kami mendeteksi beberapa kemungkinan peristiwa skala waktu ultrashort, yang mungkin mengindikasikan adanya massa Bumi dan bumi super Planet bebas mengambang, seperti yang diprediksi oleh teori pembentukan planet," kata Penulis pertama Przemek Mroz, seorang mahasiswa PhD di laboratorium Prof Udalski di Observatorium Universitas Warsawa.