Suara.com - Isis telah mengeluarkan dekrit yang melarang para pejuangnya menggunakan media sosial. Hal ini seiring meningkatnya kekhawatiran infiltrasi dan pelacakan oleh badan intelijen asing.
Sebuah dokumen dari "Komite Delegasi" kelompok tersebut mengklaim militan terbunuh karena bocornya informasi dari aktivitas online.
"Musuh-musuh telah melakukan berbagai cara menembus barisan muwahidin [monoteis] dan untuk mempelajari rahasianya," tulis pemberitahuan yang ditujukan kepada semua tentara Isis.
Dekrit tersebut juga megungkapkan bahwa penggunaan yang luas situs jejaring sosial di kalangan tentara Isis sangat membahayakan.
Baca Juga: Ariel Tatum Cabut dari Media Sosial dan Televisi, Ada Apa?
Dokumen Isis mengklaim bahwa situs tersebut telah membunuh banyak mujahid.
"Berapa banyak maqarr [markah] telah hancur! Dengan demikian, terhitung sejak tanggal pemberitahuan ini, situs jejaring sosial sepenuhnya dilarang," tulis dokumen tersebut.
Keputusan tersebut dipublikasikan dalam bahasa Arab dan Inggris, bertanggal 14 Mei dan kemudian didistribusikan melalui saluran pribadi kelompok tersebut pada aplikasi pesan terenkripsi.
Periset di Pusat Pemberantasan Terorisme (CTC), yang berbasis di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, mengatakan bahwa tentara ISIS secara tidak sadar mendokumentasi berbagai pelanggaran keamanan di dalam banyak kasus.
Pemimpin ISIS telah berusaha memberantas penggunaan media sosial oleh anggotanya sebanyak beberapa kali, sejak September 2014.
Baca Juga: Aturan Baru Trump, Akun Media Sosial Jadi Syarat Ajukan Visa AS
Peningkatan upaya dinas keamanan, jaringan sosial seperti Facebook dan Twitter dan penyedia layanan internet, berkolaburasi mencegah penyebaran materi ekstremis, berhasil menghancurkan pejuang Isis.
Para cendekiawan Muslim dan pemimpin politik di seluruh dunia bersatu mengutuk Isis, karena menilai organsasi itu terlalu ekstrem. [Independent]