Suara.com - Masih 'minimnya' perfilman lokal Indonesia dengan kualitas tinggi, mendorong HOOQ menggelar Filmmakers Guild. Ajang yang baru pertama kali digelar HOOQ ini melibatkan delapan negara, lima diantaranya sudah menjangkau layanan video ini, seperti Indonesia, Singapore, Filipina, Thailand dan India serta tiga negara lainnya merupakan penambahan, yakni Kamboja, Vietnam dan Malaysia.
"Dari daftar negara yang ikut serta, penduduk Indonesia terbanyak kedua setelah India. Tapi produksi film Indonesia jauh ketinggalan dari India. India setahun bisa 2.000 sampai 3.000 film satu tahun, sedangkan Indonesia hanya 300 sampai 400 film setahun," ujar Country Head HOOQ Indonesia Guntur Siboro saat jumpa pers di Jakarta, Senin (12/6/2017) malam.
Ajang ini, tambahnya, bertujuan menggerakkan industri kreatif Indonesia. Bisnis HOOQ, dia mengungkapkan, lebih mengangkat cerita (stories) jadi serial TV berkualitas.
"Dengan begini industri kreatif itu makin terdorong," kata Guntur.
Baca Juga: Ekspansi Pasar VoD di Indonesia, Hooq Gandeng IndiHome
Menurutnya, hingga kini komponen lokal konten sendiri di HOOQ lebih dari 50 persen. Bahkan, untuk film-film yang Top 10 dii HOOQ didominasi oleh konten lokal.
"Orang Indonesia itu cukup unik, kalau pun kita tonton film Hollywood, tapi cerita Indonesia masih tetap lebih banyak ditonton," ujar dia.
Sementara itu ajang Filmmakers Guild dibuka mulai 1 Juni hingga 1 Agusts 2017. BIsa diikuti para sutradara, sinematografi, produser sampai penulis naskah. Peserta mengirimkan naskah untuk mini seri atau serial maksimal 13 episode.
HOOQ siap mengucurkan pendanaan 30.000 dolar AS untuk diproduksi dan ditayangkan di HOOQ. Indonesia juga mengirimkan perwakilan jurinya yakni Nickolas Saputra dan Mouly Surya yang akan memberikan penilaian untuk semua naskah yang masuk.
"Diharapkan dari lima terbaik itu ada yang dari Indonesia," tutup Guntur.