Kirim Misi ke Matahari pada 2018, Apa yang Dicari Amerika?

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 02 Juni 2017 | 19:58 WIB
Kirim Misi ke Matahari pada 2018, Apa yang Dicari Amerika?
Ilustrasi permukaan Matahari (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertengahan tahun depan badan antariksa Amerika Serikat (NASA) akan mengirim misi luar angkasa dari Bumi ke Matahari. Wahana yang dikirim dalam misi itu akan menjadi satelit bikinan manusia pertama yang berada sangat dekat dengan Surya.

Parker Solar Probe - nama satelit penelitian itu, panjangnya sekitar 3 meter. NASA mendesainnya secara khusus, diselimuti dengan lapisan karbon khusus sehingga tak akan terbakar atau hancur diterpa gelombang panas serta radiasi Matahari.

Wahana itu rencananya akan ditempatkan di corona, salah satu bagian atmosfer Matahari yang bisa terlihat dari Bumi dengan mata telanjang saat terjadi gerhana Matahari total.

Lalu apa yang dicari NASA dalam misi ekstrem itu?

Nicola Fox, ilmuwan dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, yang turut memimpin misi itu, mengatakan ada tujuan utama dari pengiriman Wahana Parker.

Pertama, untuk mengetahui mengapa suhu corona jauh lebih panas dari permukaan Matahari itu sendiri. Diperkirakan suhu di corona 300 kali lebih panas ketimbang permukaan Matahari.

Kedua, mengapa kecepatan angin surya (solar wind) bisa terus bertambah?

"Pertanyaan-pertanyaan ini penting karena kita hidup dalam atmosfer Matahari," jelas Fox.

Ia menambahkan bahwa angin surya, yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan itu, bergerak meninggalkan Matahari dalam kecepatan yang terus bertambah, menerpa semua planet di tata surya kita, dan punya implikasi pada kehidupan manusia.

Ketika terjadi badai Matahari (coronal mass ejection), misalnya, partikel-partikel yang dilepaskan bisa memengaruhi Bumi, menciptakan aurora dan mengganggu sistem komunikasi manusia.

Diharapkan pemahaman akan perilaku angin surya bisa membantu manusia memprediksi dampak serta melakukan persiapan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh aktivitas Matahari.

Sementara menurut astronom Brad Tucker, dari Australian National University, pemahaman akan angin surya juga sangat penting untuk mewujudkan ambisi manusia untuk menjelajahi ruang luar angkasa.

"Ketika Anda berada di luar angkasa, tidak ada gaya gravitasi dan tak ada atmosfer. Anda membutuhkan dorongan, dan angin surya bisa menjadi dorongan yang butuhkan agar bisa melesat di antariksa," jelas Tucker kepada ABC.

Saat ini, imbuh dia, teleskop antariksa Kepler Space Telescope, sudah menggunakan teknik itu.

Selain itu, memahami angin surya juga sangat penting untuk mempelajari dampak radiasi matahari terhadap manusia di antariksa.

"Di Bumi kita beruntung karena dilindungi oleh medan magnetik. Tetapi jika bicara soal pendaratan di bulan atau Mars - tempat yang atmosfernya tipis atau malah tak ada sama sekali - perlindungan seperti yang kita punya di Bumi sama sekali tak ada," beber dia.

"Jadi jika kita ingin hidup, bekerja, dan meneliti tempat-tempat di luar angkasa, maka kita harus memahami bagaimana dampak Matahari terhadap mereka," tutup dia.

Misi Parker Solar Probe sendiri rencananya akan diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, AS sekitar periode 31 Juli - 20 Agustus 2018. Ia ditargetkan tiba pada posisinya pada Desember 2024.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI