Suara.com - Pemakaian layanan transportasi online di kota-kota besar semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sayangnya, keberadaan transportasi online tak jarang menimbulkan konflik dengan pengemudi angkutan umum.
Namun, dalam sebuah studi terbaru yang diadakan AlphaBeta di 33 kota di Indonesia, layanan transportasi online justru malah menguntungkan transportasi yang bersifat konvensional. Benarkah?
Dalam penelitian yang mengusung tema 'Mobilitas Bersama', dijelaskan mengenai dampak layanan transportasi berbasis online terhadap angkutan umum di Indonesia.
Penelitian tersebut menunjukkan, layanan transportasi online justru saling melengkapi transportasi publik. Pasalnya, banyak masyarakat yang menggunakan transportasi online untuk mencapai terminal atau stasiun.
"Empat sampai 15 persen dari perjalanan transportasi online dimulai dan diakhiri di pusat angkutan umum utama," ungkap Fraser Thompson, Direktur AlphaBeta di Jakarta, Rabu (31/5/2017).
Dia juga menyebutkan, keberadaan transportasi online merupakan bagian dari ekosistem moda transportasi yang saling melengkapi.
"Dalam survei kami terhadap 1.000 pengguna Uber, 20 persen dari mereka menggunakan layanan transportasi online sebagai strategi komutasi multi-moda," ungkapnya.
Senada dengan Fraser, Muslich Zainal sebagai Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia mengatakan, permintaan terhadap tranportasi umum masih cukup tinggi di masyarakat. Untuk itu, dia berharap pemerintah dapat membenahi layanan transportasi massal.
"Lihat Kereta Api, bisa jadi teratur. Saya rasa, transportasi umum bisa baik jika pemerintah bisa tegas," tandasnya di tempat yang sama.