“Ada proses interview singkat di mana Anda menunjukkan tangan Anda dan melafalkan alfabet Inggris, sangat mudah sekali,” kata Dejian.
Kebanyakan keryawan tinggal di mess dengan kamar berisi 8 tempat tidur yang berada di area pabrik. Mereka yang ingin tinggal di sini, diwajibkan membayar 160 Yuan (Rp300 ribu) per bulan, dipotong dari gaji mereka. Mess ini menyediakan fasilitas gym serta konseling dan terapi bagi karyawan.
Karyawan tidak diperbolehkan membawa peralatan elektronik apapun ke dalam ruang produksi. Namun, Dejian mengambil foto dari lokasi di sekitar pabrik seperti mess.
Pabrik ini dipilih lantaran berdasarkan China Labor Watch, pabrik ini menaikan gaji pokok untuk memenuhi aturan upah minimum. Namun, di waktu yang sama, mereka memotong honor dan tunjangan. Dejian mengira bakal terjadi protes, namun selama ia di sana, tidak ada aksi sama sekali.
Situasi di jam kerja
Biasanya, para karyawan mengobrol satu sama lain. Tak jarang pula menyanyikan lagu. Namun, kerap pula manajer meneriaki mereka untuk meningkatkan kecepatan kerja.
“Para manajer bersikap buruk terhadap para karyawan dan meneriaki mereka jika tak cukup cepat. Suara teriakan biasa terdengar, kami mendengarnya setiap hari,” kenang Dejian.
Dejian menceritakan insiden di suatu hari ketika seorang manajer menstop mesin perakitan dan mengumpulkan mereka hanya untuk meneriaki satu keryawan yang bekerja lambat.
“Suatu hari tiba-tiba seorang manajer marah dengan meledak-ledak,” kenang Dejian.
Pegatron pernah disorot media, yakni oleh BBC pada tahun 2014 dan Bloomberg pada tahun 2016. Pabrik itu dilaporkan atas dugaan kasus penambahan jam kerja secara paksa dan kondisi kerja yang sulit.