Suara.com - Saat pengumuman kelulusan SMA kemarin, media sosial kita banyak dihiasi berita konvoi kelulusan di berbagai kota, yang diikuti dengan corat-coret dan membuat banyak pihak prihatin.
Disaat yang sama, seorang anak SMA, Bagas Pramana Putra, berhasil membuat terobosan teknologi dengan mengubah tanah lihat menjadi listrik. Bahkan, penemuannya ini sudah diikutkan dalam sebuah kompetisi tingkat nasional dan meraih juara kedua untuk kategori terobosan teknologi.
Tidak main-main, Bagas berhasil mengungguli orang-orang yang lebih tua. Bahkan, beberapa diantaranya adalah Profesor dan Doktor dari universitas terkemuka tanah air. Dirinya berasal dari SMA Taruna Nusantara Magelang ini menamakan alatnya sebagai "Genteng Triko".
Bagas yang segera naik ke kelas 12 SMA ini, melakukan penelitian tanah liat sejak kelas 10 di Taruna Nusantara. Idenya mirip seperti Elon Musk, yang mengubah energi cahaya menjadi listrik.
Namun, dia mengambil ide berbeda, mengubah energi panas menjadi listrik. Karena menurutnya, di tanah air energi dalam bentuk panas sangat melimpah dan perlu diubah menjadi listrik, apalagi kebutuhan listrik di tanah air semakin besar.
Bagas sendiri punya cita-cita membuat sebuah pemukiman percontohan yang memanfaatkan alat temuannya sebagai sumber listrik. Menurutnya, alat temuannya ini sangat murah dan mudah karena bahan tersedia banyak di Indonesia, yaitu tanah liat.
Kendala yang dihadapi Bagas saat ini adalah ketersediaan bahan lain yang langka di tanah air, Magnesium. Guru pembimbing Bagas, Amin Sukarjo, berharap banyak penelitian dia bisa berlanjut dan ada bantuan untuk meneliti lebih lanjut.
Baca Juga: Rudiantara: Pengguna Teknologi 4G Capai 60% di Akhir 2017
Target dari Bagas sendiri adalah alatnya segera memiliki fungsi menyimpan listrik yang dihasilkan oleh tanah liat tersebut.
Bagas sendiri menerangkan, bila alatnya nanti dipakai luas di masyarakat syarat selanjutnya adalah hutan yang harus dijaga. Menurutnya, ketersediaan tanah liat juga dipengaruhi oleh eksistensi hutan, yang sayangnya sampai saat ini terus tergerus dan hilang.
Semoga tidak terjadi seperti sebelumnya, potensi anak bangsa malah dilirik oleh negara tetangga.