Suara.com - Situs media sosial dikritik karena tidak menanggapi dengan cukup cepat beberapa peristiwa yang menggunakan media sosial dalam salah satu aksinya. Salah satunya, Wuttisan Wongtalay yang membunuh putrinya dan menyiarkannya secara langsung dan dalam waktu 24 jam, video tersebut langsung "diturunkan".
"Perusahaan berusaha membuat video-video yang terposting akan lebih mudah dilaporkan, sehingga kami dapat segera melakukan tindakan yang benar, apakah itu merespons dengan cepat saat seseorang membutuhkan pertolongan atau menurunkannya," tegas CEO Facebook, Mark Zuckerberg.
Facebook sudah memiliki 4.500 orang yang bekerja untuk mengidentifikasi konten yang ditampilkan. Video dan tulisan yang memicu kekerasan merupakan hal yang bertentangan dengan peraturan Facebook.
Dalam kebanyakan kasus, konten ditinjau hanya jika pengguna menyampaikan keluhan. Hal ini membuat tindakan penyeimbangan yang rumit bagi perusahaan.
Baca Juga: Media Sosial Jadi Ancaman Serius Media Online?
Facebook tidak ingin bertindak sebagai penyensor, karena video kekerasan, seperti yang mendokumentasikan kebrutalan polisi atau kengerian perang, bisa menjadi tujuan penting.
Tidak mungkin mencegah hal buruk terjadi pada video langsung, seperti yang terjadi secara real time. Ada penggunaan positif, seperti merekam langkah pertama balita, acara berita langsung dan penggalangan dana amal.
Zuckerberg mengatakan, pekerja Facebook meninjau 'jutaan laporan' setiap minggu.
Selain menghapus video berisi kejahatan atau mendapatkan bantuan untuk seseorang yang mungkin menyakiti diri mereka sendiri, dia mengatakan, para pekerja akan akan membantu menghapus hal-hal yang tidak diperbolehkan di Facebook seperti ucapan kebencian dan eksploitasi anak. [Metro]
Baca Juga: Media Sosial Berdampak Positif dan Negatif, Apa Saja?