Suara.com - Di era digital seperti sekarang, media sosial (medsos) adalah salah satu alat favorit untuk menyuarakan pendapat masyarakat.
Tak heran, sosial media sering menjadi platform pertama yang menginformasikan sebuah peristiwa.
Twitter misalnya, Anda dapat mengunggah sebuah peristiwa yang tersaji tepat di depan mata. Informasi yang Anda unggah, dapat tersebar secara real time kepada para pengikut.
Menurut Statista, jumlah pengguna Twitter di Indonesia pada 2016 mencapai 24 juta. Sementara itu, menurut sumber yang sama, jumlah pengguna Facebook di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 100 juta. Angka tersebut menunjukkan kepopuleran medsos di Indonesia.
Baca Juga: Grup Media Sosial Ini Picu Remaja Bunuh Diri
Kepopuleran media sosial di kalangan masyarakat Indonesia, menimbulkan suatu anggapan bahwa media online terancam keberadaanya. Benarkah anggapan tersebut?
Dalam penjelasan, pengamat media sosial Enda Nasution. Medsos dan media online telah membentuk suatu ekosistem yang stabil.
"Media Online dan Media Sosial sekarang membentuk sebuah ekosistem media, karena informasinya berputar-putar dan masing-masing mendapat manfaat. Media sosial ini porsi lebih banyak justru bersifat sebagai pipa/distributor," jelas Enda.
Senada dengan Enda, pengamat teknologi Heru Sutadi menjelaskan bahwa di lapangan banyak akun medsos yang mengambil informasi dari media online
"Yang menarik meski pakai media sosial, ini juga dalan prakteknya menyebarkan informasi dari media online,"jelasnya
Baca Juga: Kalah di Media Sosial, Djarot: Kami Akan Rangkul Kaum Muda
Bahkan, ia yakin bahwa kedua platform ini akan terus mengambil manfaat untuk penyebaran informasi.
"Dan saya meyakini media online masih akan bertahan meski ada media sosial karena media sosial miliki keterbatasan juga dalam hal elaborasi informasi dibanding media online," tutupnya.