Suara.com - Media massa di Thailand mendapat kecaman pada Selasa (25/4/2017), terkait publikasi gambar-gambar seorang lelaki yang membunuh bayi perempuannya dalam siaran langsung (live) Facebook. Kasus memilukan ini pun memunculkan kemarahan dan menambah kekhawatiran akan munculnya kasus-kasus serupa.
Diketahui, video yang sempat disiarkan pada Senin itu berlokasi di kawasan sebelah selatan Phuket, Thailand. Dijelaskan pihak kepolisian setempat, vidoe itu memperlihatkan lelaki bernama Wuttisan Wongtalay yang menggantung bayinya di sebuah bangunan kosong, sebelum kemudian membunuh dirinya sendiri.
Video itu sendiri sempat tayang selama beberapa jam, sebelum akhirnya dihapus pada Selasa (25/4). Kasus ini memancing kegelisahan sekaligus seruan banyak orang kepada Facebook untuk bertindak lebih cepat menghapus konten-konten video berisikan kejahatan keji dan pembunuhan.
Pada Selasa itu, setidaknya satu koran harian besar Thailand juga diketahui memasang foto pembunuhan tersebut di halaman depannya. Lembaga media massa setempat pun segera bereaksi, dengan mengecam media yang menayangkan gambar-gambar vulgar dan tak pantas dari tindak kejahatan itu.
"Dewan Penyiaran Berita Thailand telah menerima sejumlah komplain terkait pemberitaan tentang seorang lelaki yang membunuh anaknya dan dirinya sendiri lewat Facebook Live," ungkap organisasi tersebut melalui pernyataan resminya.
"Pemberitaan-pemberitaan itu tidak pantas," tambah pihak organisasi tersebut, sembari memperingatkan stasiun televisi dan redaksi surat kabar tentang dampak negatif dari pemberitaan vulgar dari kejahatan sejenis.
"(Itu) Dapat mengarah pada munculnya pelaku-pelaku lain yang memahami bahwa tindakan seperti itu dapat menarik perhatian banyak orang," tambah keterangan itu.
Pihak kepolisian sendiri menduga bahwa pembunuhan itu terjadi lantaran masalah rumah tangga, terutama karena sang bapak merasa tidak senang dengan anak yang dimiliki istrinya dari orang lain.
"Istrinya memiliki anak lelaki berumur sekitar 4 tahun dari hubungannya sebelumnya," ungkap Jullaus Suvannin, salah satu petugas dalam kasus itu kepada AFP.
Sementara itu, dalam pernyataan yang disampaikan Selasa (25/4), pihak Facebook menyebut insiden tersebut sebagai sesuatu yang "sangat buruk".
"Dipastikan bahwa sama sekali tidak ada tempat untuk konten sepetti ini di Facebook, dan (video) itu saat ini sudah dihapus," ungkap pihak Facebook kepada AFP.
Kasus ini sendiri bukan yang pertama terjadi, di mana belakangan diketahui sudah beberapa kali ada kejadian serupa (pembunuhan atau bunuh diri) yang ditayangkan melalui media sosial tersebut --termasuk kejadian di Indonesia.
Pekan lalu, bos Facebook, Mark Zuckerberg, telah berjanji akan berupaya menjauhkan fungsi siaran langsung di situs itu dari penggunaan untuk tindakan-tindakan mengerikan. Hal itu disampaikannya usai tayangan seorang lelaki di Ohio, AS, yang menembak mati seseorang tak dikenal, sebelum kemudian menembak dirinya sendiri usai pengejaran polisi.
"Kami akan mencoba bekerja dengan membuat kesepakatan, tidak sekadar menghimpun opini-opini dari luar sana," jelas Zuckerberg dalam sebuah pidato Rabu (19/4) lalu, sembari menambahkan bahwa Facebook masih punya banyak PR dalam hal ini.
Facebook sendiri mengklaim sudah punya tim moderator yang bekerja 24 jam, yang menentukan apakah sebuah konten yang dilaporkan harus dihapus. Tindak pembunuhan dan kejahatan merupakan prioritas mereka.
Namun begitu, pihak Facbeok mengakui bahwa tindakan mereka kalah cepat dibandingkan dengan begitu banyaknya jumlah konten yang diunggah setiap harinya. [AFP]
Kasus Siaran Bapak Bunuh Bayinya, Facebook dan Media Dikecam
Arsito Hidayatullah Suara.Com
Rabu, 26 April 2017 | 16:41 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Terungkap! Google Street View Bongkar Pembunuhan Sadis di Desa Spanyol
19 Desember 2024 | 11:15 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI