Suara.com - Pada 10 April kemarin kita mengenang 202 tahun letusan Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Bencana alam itu disebut sebagai letusan gunung berapi paling merusak dalam 10.000 tahun terakhir oleh majalah Smithsonian karena dampaknya yang terasa hingga ke Amerika bagian utara.
Tambora meletus pada 1815 dan melepaskan gas sekitar 50 kilometer kubik yang mengandung debu dan batuan, serta memicu tsunami di laut sekitarnya. Diperkirakan lebih dari 90.000 orang tewas di Sumbawa dan sekitarnya akibat letusan itu.
Tetapi dampak letusan Tambora tak hanya terbatas di Indonesia.
"Gas sulfur dalam jumlah besar dari gunung itu bercampur dengan uap air di udara. Didorong oleh angin stratosfer, gas asal sulfur, debu, dan abu menyelimuti Bumi dan menghalangi cahaya matahari," tulis Robert Evans dari majalah Smithsonian.
Gas dan debu yang disemburkan Tambora menyebar hingga ke belahan Bumi utara, memicu gagal panen dan kelaparan mulai dari Cina, Eropa, hingga ke Amerika bagian Utara.
Meski rangkaian letusan Tambora berakhir pada Juli tahun yang sama, tetapi dampaknya terasa hingga 1816. Letusan Tambora diyakini sebagai penyebab fenomena yang dalam sejarah di Barat dikenal sebagai "tahun tanpa musim panas" yang terjadi pada 1816. Bahkan Tambora diyakini berperan dalam terciptanya salah satu karakter fiksi paling masyur di dunia, "Dr. Frankenstein"
Setelah Tambora, dunia mencatat letusan Krakatau 1883, yang juga menyebabkan tewasnya sekitar 36.000 orang.
Tetapi menurut penelitian, sejak 1980an, kematian akibat letusan gunung berapi semakin berkurang. Meski demikian penyebabnya bukan karena bagusnya manajemen bencana, tetapi sebagian besar karena keberuntungan.
Penelitian para pakar kegunungapian justru menunjukkan bahwa bahaya letusan gunung api masih tinggi, terutama karena gunung-gunung api aktif terletak di sekitar kawasan padat penduduk.
Berikut adalah lima gunung api paling berbahaya di dunia:
1. Vesuvius di Italia
Dikenal karena letusan dasyatnya pada tahun 79 Masehi yang melenyapkan kota Pompeius dan Herculaneum, Vesuvius masih memendam ancaman, terutama mengingat letaknya yang dekat dengan kota Napoli, yang dihuni lebih dari 3 juta jiwa.
Vesuvius punya karakter khusus. Dari catatan sejarah diketahui bahwa letusan gunung api ini melepaskan kolom-kolom gas berukuran raksasa yang melesat mencapai stratosfer, melampui ketinggian terbang pesawat komersial.
Tak hanya itu, jika gunung api itu telah melepaskan semua energinya, maka kolom gas itu diyakini akan runtuh, menyebabkan hujan batuan yang jatuh dalam kecepatan tinggi dan gelombang awan panas yang menghancurkan semua benda dan bangunan yang dilewatinya.
Gelombang awan panas itu, yang bisa menjangkau jarak puluhan kilometer, dipercaya bisa meluluhlantakan Napoli dan mengubah nasibnya sama seperti Pompeius.
2. Nyiragongo di Congo
Dalam beberapa dekade terakhir, gunung di Afrika bagian tengah itu, sudah beberapa kali meletus. Meski tidak besar, letusan Nyiragongo menghasilkan lahar yang sangat cair dan berbahaya karena kecepatan alirannya yang sukar diantisipasi.
Contohnya pada 2002, ketika lahar di puncak Nyiragongo melewati batas kawah dan mengalir ke arah kota Goma dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Beberapa bagian kota itu terendam lahar hingga ke dalaman 2 meter.
Untungnya warga kota sudah diperingatkan dan 300.000 orang sudah dievakuasi.
3. Popocatepetl di Mexico
Disebut "Popo" oleh warga lokal, gunung api ini hanya berjarak 70 kilometer dari ibu kota Mexico City. Kota ini didiami oleh lebih dari 20 juta orang. Popo dikenal sebagai gunung api aktif dan pada 2016 lalu letusannya melesatkan debu setinggi 5 km.
Yang berbahaya dari Popo adalah produksi lahar dingin yang bisa mengalir dalam kecepatan tinggi dan menghanyutnya benda serta bangunan yang dilewatinya.
4. Krakatau di Indonesia
Ketika meletus pada 1886, letusan Krakatau berkekuatan yang 13.000 kali lipat dari ledakan bom atom Hiroshima. Letusan itu melenyapkan pulau Krakatau, tetapi juga melahirkan apa yang sekarang kita kenal sebagai Anak Gunung Krakatau.
Sejak 1920an, Anak Gunung Krakatau terus bertumbuh dan kini diperkirakan setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Sejak 2007 para ilmuwan memantau adanya aktivitas signifikan dari gunung api yang terletak di Selat Sunda itu.
Terakhir kali Anak Gunung Krakatau terpantau pada Maret kemarin. Meski belum diketahui apakah letusannya akan sebesar induknya, tetapi letaknya yang di antara dua pulau dengan penduduk terbanyak di Tanah Air, Jawa dan Sumatera, diyakini memiliki dampak dan ancaman yang besar.
5. Changbaishan di China
Gunung api ini jarang didengar dan terletak di salah satu pojok Asia. Ia terakhir kali meletus pada 1903, tetapi sejarah letusannya bisa membuat terkejut.
Pada sekitar 969 Masehi, Changbaishan meletus dan melepaskan material vulkanik yang tiga kali lebih banyak ketimbang Krakatau. Letusannya disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam 10.000 tahun terakhir.
Salah satu ancaman terbesar gunung api ini adalah salah satu kawahnya yang bisa menampung material hingga 9 kilometer kubik. Jika kawah ini bobol, maka material di dalamnya bisa mengancam sekitar 100.000 orang yang tinggal di sekitarnya. (Phys.org)