Suara.com - Setiap suami yang baik, tentu akan melakukan segala hal untuk membahagiaan sang istri, termasuk melakukan hal yang dianggap terlarang sekali pun ketika perempuan teman hidupnya itu sakit. Begitulah juga yang ada di benak Fidelis Ari, warga Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Fidelis hanya ingin istri yang dikasihinya, Yeni Riawati, sembuh dari penyakit langka bernama syringomyelia. Bahkan, ia nekat menanam pohon ganja agar bisa mengekstraknya dan memberikannya ke Yeni sekadar untuk menjaga kondisi yang terlampau lemah.
Namun, hukum memang buta, Fidelis justru ditangkap dan dijebloskan dalam terungku polisi. Tragis, 32 hari Fidelis di dalam sel, sang istri menghembuskan nafas terakhir.
Kisah itu bertambah pilu tatkala Fidelis diperkenankan polisi melihat untuk kali terakhir sang istri yang sudah tak bernyawa.
Baca Juga: Djan Dilaporkan karena Diduga Bagikan Duit Saat Kampanyekan Ahok
Sebuah foto momen itu menunjukkan Fidelis tengah memegang kedua pundak putra bungsunya yang masih kecil dan tampak murung lantaran harus mengikhlaskan kepergian sang ibu, sekaligus merelakan ayahnya berada di penjara. Peristiwa ini juga diberitakan oleh media lokal, deliknews.com.
Kisah Fidelis serta fotonya dengan sang anak, beberapa hari terakhir viral di media sosial Facebook. Adalah Gunawan Mashar, warganet, yang menarasikan kisah sendu itu sehingga mengundang banyak simpati terhadap Fidelis, seperti berikut:
Pagi tadi, saya membaca kabar tentang Fidelis Ari, seseorang yang sesungguh-sungguhnya suami. Ia rela menanam ganja, melanggar hukum di republik ini untuk menolong istrinya yang dilanda penyakit langka. Ejaannya pun susah kita lafalkan: Syringomyelia.
Wikipedia menjelaskan bahwa penyakit ini merujuk pada tumbuhnya kista dalam sumsum tulang belakang. Kista ini bisa bertambah luas dan memanjang.
Pada tingkatan tertinggi, dampaknya pada kelumpuhan dan nyeri yang hebat. Penderita pula akan kehilangan kemampuan merasai panas dan dingin. Peluang sembuhnya sangat tipis.
Baca Juga: Mangkir, Polisi Panggil Ulang Tommy Soeharto di Kasus Makar
Sejak istrinya didera penyakit, Fidelis telah menempuh banyak cara, menghalau rasa sakit dengan beribu upaya.
Ia telah ke sejumlah rumah sakit di tempat ia tinggal, di Sanggau, Kalimantan Barat. Dia juga ke terapis, hingga ke pengobatan alternatif, tapi hasilnya nihil. Pun ada keinginan untuk membawa istrinya berobat ke Pulau Jawa, tapi tak diizinkan dokter karena jantung istrinya, Yeni Riawati yang lemah.
Hingga suatu waktu, ia mendapati artikel di Google, tentang ekstrak daun Cannabis Sativa alias ganja yang bisa meringankan sakit kekasihnya. Mengembalikan senyum yang menahun hilang di wajah Yeni.
Dan benar, setelah rutin memberi ekstrak itu ada dampaknya. "Dari susah tidur, jadi nyenyak tidurnya. Dari susah makan, jadi lahap makannya. Dari tidak bisa bicara, jadi bisa bicara. Jadi sudah ada tanda-tanda kesembuhan," ujar Yohana, kakak Fidelis.
Fidelis lalu berangan-angan akan membawa istrinya untuk operasi ke rumah sakit jika kendala fisik Yeni telah terobati oleh ekstrak ganja.
Namun nasib punya jalannya sendiri, ia ditangkap BNN dengan barang bukti 39 batang ganja yang ia tanam. Fidelis tak berkutik. Padahal dari hasil pemeriksaan, ia tak sekalipun ikut mengkonsumsinya apalagi menjualnya.
Begitulah hukum, betapa hitam putih. Sedangkan hidup, sedemikian peliknya.
32 Hari setelah Fidelis ditahan sepanjang itu pula istrinya tak mendapat pengobatan. Ajalnya tiba di kala suaminya masih di bui.
Di hari pemakaman, Fidelis diijinkan untuk menjenguk jasad istrinya. Di teras rumahnya, ia dekati putra bungsunya yang duduk sendiri. Ia nampak memegang kedua pundak anaknya.
Melihat fotonya, saya seolah membayangkan Fidelis mengutip kata-kata Nyai Ontosoroh di Bumi Manusia. "Kita telah melawan nak, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."
Narasi Gunawan Mashar itu sontak membuat warganet merasa miris terhadap penegakan hukum di Indonesia. Idiom bahwa “pedang hukum tajam ke bawah tapi tumpul ke atas” kembali membuncah.
“Astaghfirullah...hukum tajam ke yang lemah, tumpul sama orang itu, arrghhh sudahlah sakit hati ini. Semoga Allah segera membalas segala kezaliman di negeri ini,” tulis akun Evi Siti Soviah.
“Suami yang hebat. Cuma negara yang tidak mau mengerti. Biarlah Allah yang akan memberikan penilaiannya,” puji akun Wahyu Martadinata.
“Keadilan yang tidak pernah adil!!! Semakin muak dengan aparat dan hukum indonesia,” protes akun Eva.