Demi Cina, Facebook Diam-diam Bikin Alat Sensor

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 23 November 2016 | 09:46 WIB
Demi Cina, Facebook Diam-diam Bikin Alat Sensor
Ilustrasi media sosial Facebook (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Facebook diam-diam telah menciptakan sebuah alat sensor yang diharapkan bisa merayu pemerintah Cina untuk kembali membuka gerbangnya bagi media sosial terbesar di dunia itu, demikian dilaporkan New York Times, Selasa (22/11/2016).

Facebook sendiri sempat beroperasi di Cina, negeri dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tetapi tujuh tahun lalu pemerintah Cina telah melarang dan memblokir media sosial tersebut.

Kini Facebook telah memiliki sebuah software sensor, yang bisa mengatur agar postingan-postingan tertentu tak muncul dalam lini masa pengguna di wilayah khusus di dunia, seperti Cina yang punya kebijakan sensor media dan informasi ketat.

New York Times melaporkan bahwa pengembangan software ini mendapat dukungan penuh CEO Facebook, Mark Zuckerberg.

Zuckerberg sendiri telah bertemu dengan kepala bidang propaganda Cina, Liu Yunshan pada Maret lalu. Dalam pertemuan itu Liu mengungkapkan harapannya agar Facebook memperkuat kerja sama dengan perusahaan-perusahaan internet Cina.

"Kami sejak lama mengatakan tertarik pada Cina dan menghabiskan banyak waktu untuk berusaha memahami serta mempelajari negeri itu," kata juru bicara Facebook, Arielle Aryah kepada Reuters.

"Akan tetapi kami belum membuat keputusan terkait pendekatan terhadap Cina. Fokus kami saat ini adalah untuk membantu pebisnis serta developer Cina untuk mengembangkan pasar di luar Cina, dengan menggunakan platform iklan kami," imbuh dia.

Perusahaan media asing di Cina memang mendapat tekanan politik dan diatur oleh regulasi ketat. Militer Cina, dalam surat kabar resminya, menyebut internet sebagai medan perang terpenting dalam pertempuran ideologis melawan "kekuatan Barat anti-Cina".

Cina, negeri dengan jumlah pengguna internet terbesar di dunia, melarang Facebook beroperasi setelah pecahnya kerusuhan antaretnis di Urumqi pada Juli 2009. Sebanyak 140 orang tewas dalam kerusahan itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI