Suara.com - Dulu, orang butuh gramophone, kemudian turntable untuk mendengarkan musik dari piringan hitam. Sekarang, hanya dengan satu ponsel pintar yang dilengkapi aplikasi streaming musik, orang sudah bisa menikmati hiburan musik.
Cara masyarakat mendengarkan musik memang terus berevolusi. Perubahan paling ekstrem terjadi setelah mendiang Steve Jobs memperkenalkan iPod pertama kalinya pada 23 Oktober 2001.
"Evolusi orang-orang untuk mengonsumsi musik terus berlangsung. Pada 1950-an, ada vinyl, lalu diganti kaset, CD, kemudian beralih ke digital mulai dari ditemukannya iPod," kata Country Manager Yonder Music Indonesia Zico Kemala Batin, di Jakarta Jumat (18/11/2016).
Zico memaparkan, kemajuan teknologi, selain mentransformasikan cara mendengar musik, juga membuat perilaku konsumen berganti. Sebagai efeknya, industri musik pun dipaksa untuk berubah.
Di awal era milenium, musik digital dibeli dengan harga sekitar Rp6 ribu per lagu dengan limitasi pada memori perangkat yang digunakan.
Teknologi ponsel pintar yang makin canggih membuat iPod tergeser. Para pecinta musik berganti menikmati alunan-alunan lagu lewat smartphone mereka. Kemudian, muncullah aplikasi-aplikasi streaming musik semisal Spotify, Joox, Langit Musik, Apple Music, Ohdio, hingga Yonder.
"Streaming musik selanjutnya masuk dan menggangu (model industri yang ada). Dengan Apple Music, bayar Rp65 ribu, pilih lagu sepuasnya," ujar Zico menjelaskan.
"Tapi era digital membuat perilaku konsumen juga berubah. Mereka mencari yang gratis. Ada riset yang mengatakan bahwa 99 persen dari populasi pengguna internet tak bersedia membayar untuk streaming musik. Hanya 1 persen yang mau," katanya lagi.
Yonder lalu masuk dengan menawarkan musik legal yang gratis. Syarat untuk mengunduh aplikasi ini serta menikmati sekitar 20 juta lagu di dalamnya hanyalah menggunakan jaringan XL atau Axis.
Kini, menurut Zico, perilaku konsumen belum berganti. Tapi, aplikasi streaming musik semakin dituntut untuk memberikan interaksi dan pengalaman berbeda kepada konsumen.
Zico menilai harus ada fitur-fitur lebih di dalam aplikasi streaming musik selain untuk mendengarkan lagu. Misalnya saja karaoke, news feed, dan lain-lain.
Karenanya, Yonder, pada kuartal pertama tahun depan, berencana meluncurkan versi pembaruan dari aplikasi saat ini yang akan menawarkan fitur lebih. Versi kedua dari Yonder diyakini Zico sebagai 'game changer'.
"Perusahaan-perusahaan aplikasi kerap melakukan riset untuk memperkirakan seperti apa perilaku konsumen dua tahun ke depan. Yonder masuk di ujung evolusi dan kami belum bisa melihat ini (perilaku konsumen) ke arah mana lagi. Dalam jangka pendek, yang berubah lebih di interaksi internal aplikasi itu sendiri," ujarnya.