Suara.com - Samsung, pada Selasa (11/10/2016), mengumumkan secara permanen menghentikan produksi dan penjualan telepon seluler terbarunya, Galaxy Note 7. Diperkenalkan pada Agustus lalu, riwayat Galaxy Note 7 berakhir hanya dalam dua bulan.
Ketika diperkenalkan secara gegap gempita di New York, Amerika Serikat pada 2 Agustus lalu Galaxy Note 7 memang membuat kejutan. Dari namanya saja, ia sudah mencuri perhatian.
Publik tadinya menduga Samsung akan meluncurkan Galaxy Note 6, sebagai penerus logis dari Galaxy Note 5 yang diluncurkan tahun sebelumnya. Galaxy Note 5 sendiri terbilang sukses, karena hanya dalam 12 bulan setelah diluncurkan sudah terjual sebanyak 15 juta unit .
Tetapi alih-alih meluncurkan Galaxy Note 6, Samsung langsung melompat ke Galaxy Note 7. Para analis menduga, pemilihan nama Note 7 memang ditujukan untuk menghantam Apple, saingan utama Samsung, yang meluncurkan iPhone 7.
Selain nama yang istimewa, Galaxy Note 7 juga sudah dibekali teknologi istimewa. Dihiasi layar 5,7 inci dengan sisi-sisi melengkung, ia dipacu prosesor teratas di kelasnya, Snapdragon 820 dan Exynos.
Mesin yang mumpuni ditopang oleh RAM 4GB yang dipadani dengan memori utama 64GB. Galaxy Note 7 juga dipersenjatai dengan kamera utama 12 megapiksel, yang dilengkapi dengan OIS untuk meredam guncangan saat mengambil foto.
Klaim Kosong Samsung
Tetapi yang paling menarik dari ponsel ini adalah fitur pemindai retina (iris scanner). Dengan fitur ini Galaxy Note 7 diklaim lebih aman, karena ponsel hanya bisa diaktifkan memindai mata pemiliknya. Galaxy Note 7 adalah salah satu pelopor dalam teknologi ini.
Samsung juga mengklaim Galaxy Note 7 lebih aman, karena telah menggunakan teknologi antiair bersertifikasi IP68. Dengan teknologi ini, Galaxy Note 7 diklaim tak akan rusak meski terendam air.
"Galaxy Note7 menggabungkan produktivitas dan hiburan serta fitur keamanan tingkat tinggi," kata DJ Koh, Presiden Mobile Communications Business, Samsung Electronics ketika itu.
Dengan spesifikasi mumpuni dan fitur berteknologi termutakhir ini, para analis pun tak segan memuji Galaxy Note 7 sebagai "smartphone yang cantik dan powerfull".
Tetapi puja-puji ini segera menguap setelah Galaxy Note 7 mulai menunjukkan gejala-gejala sekarat.
Pada 19 Agustus Samsung mulai menjual Galaxy Note 7 di Korea Selatan, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain di dunia. Kurang dari sepekan kemudian, foto-foto dan laporan terbakarnya Galaxy Note 7 mulai muncul di media-media sosial.
Di negeri asalnya, Korsel, sampai 24 Agustus sudah enam pemilik Galaxy Note 7 yang melaporkan bahwa gadget mereka terbakar dan meledak saat sedang mengisi ulang baterai. Video sebuah Galaxy Note 7 yang hangus terbakar milik pengguna YouTube bernama Ariel Gonzales menjadi viral.
Sejak saat itu laporan serupa mulai bermunculan di dunia. Sampai pada 2 September, Samsung memutuskan untuk menghentikan penjualan Galaxy Note 7 di seluruh dunia. Saat itu sudah 2,5 juta unit Galaxy Note 7 terjual secara global.
Bakar Mobil dan Bocah 6 Tahun
Pekan berikutnya, tepatnya pada 6 September, Samsung Electronics Indonesia mengumumkan menunda pengiriman Galaxy Note 7 kepada para pemesan di Tanah Air. Para pemesan, yang seharusnya menerima Galaxy Note 7 pada 17 September, dipersilahkan menarik kembali uang yang telah mereka setorkan.
"Sampai saat ini kami belum dapat memberikan kepastian tanggal mengenai ketersediaan Galaxy Note7 di Indonesia," bunyi pengumuman Samsung Electronics Indonesia dalam surel yang dikirim kepada para pemesan.
Dua hari berselang maskapai penerbangan Australia, Virgin dan Qantas melarang Galaxy Note 7 dinyalakan di dalam pesawat dan disimpan di bagasi. Larangan ini diikuti oleh hampir semua maskapai penerbangan di seluruh dunia, termasuk maskapai-maskapai di Tanah Air.
Otoritas penerbangan federal AS (FAA) pada hari yang sama mengeluarkan peringatan serupa. Alasannya, jelas, Galaxy Note 7 mudah terbakar dan karenanya membahayakan penerbangan.
"FAA dengan tegas menganjurkan agar para penumpang tidak menyalakan atau mengisi ulang baterai perangkat ini di dalam pesawat," bunyi pernyataan resmi FAA, Kamis(8/9/2016).
Sampai 13 September, tercatat sudah 70 unit Galaxy Note 7 yang terbakar. Tak cuma hangus, beberapa kasus juga menyebabkan jatuhnya korban dan rusaknya properti pemilik Galaxy Note 7.
Salah satu korban adalah seorang bocah berusia 6 tahun di New York. Sebagian tubuh anak malang itu terbakar karena Galaxy Note 7 yang sedang digenggamnya tiba-tiba meledak.
Pada pekan yang sama, seorang lelaki bernama Clifford Samuels di Florida, AS mengatakan bahwa bahwa mobilnya terbakar akibat ledakan Galaxy Note 7. Ia sedang mengisi ulang baterai ponselnya di dalam mobil saat insiden itu terjadi.
Dijual Kembali, Hangus Lagi
Setelah penjualan dihentikan sekitar nyaris sebulan, gelombang kedua Galaxy Note 7 yang diklaim lebih aman mulai disalurkan kepada para distributor pada 19 September. Para pelanggan dianjurkan untuk segera menukar gadget lama dengan yang baru.
Memasuki tanggal 20an September, Galaxy Note 7 baru mulai disebar di Korsel dan Amerika Serikat. Hingga 29 September, Samsung mengklaim sudah mengirim sejuta unit Galaxy Note 7 pengganti secara global.
Tetapi tepat pada saat yang sama, laporan-laporan insiden baru mulai bermunculan. Pada 5 Oktober, para penumpang sebuah pesawat Southwest Airlines di AS terpaksa dievakuasi karena ponsel Galaxy Note 7 milik salah seorang penumpang terbakar.
Menurut pemiliknya, ponsel yang terbakar itu adalah unit pengganti Galaxy Note 7. Sejak insiden itu, selama sepekan kemarin sudah ada tiga laporan terbakarnya Galaxy Note 7 pengganti di AS. Laporan-laporan ini tengah diselidiki oleh Samsung dan otoritas perlidungan konsumen AS.
Alhasil pada awal pekan ini, Samsung memutuskan untuk sementara menghentikan produksi Galaxy Note 7. Tak lama kemudian, penjualan Samsung Galaxy Note 7 juga dihentikan untuk sementara, hingga penyelidikan atas laporan-laporan ini rampung.
Sebelum keputusan itu diumumkan, para peritel di AS sudah lebih dulu menghentikan program penukaran Galaxy Note 7. Perusahaan seperti AT&T, T-Mobile, dan Verizon mengumumkan tak lagi menjual Galaxy Note 7.
Mereka yang mau menukar, dipersilahkan memilih ponsel Samsung lain, ponsel merek lain, atau menerima penggantian dalam rupa uang.
Kematian Dini Galaxy Note 7
Hingga pada Selasa (11/10/2016), Samsung akhirnya memutuskan untuk menyuntik mati Galaxy Note 7.
"Kami telah memutuskan untuk menghentikan produksi dan penjualan Galax Note 7, karena mempertimbangkan keselamatan para pelanggan kami,' bunyi pernyataan resmi Samsung.
Pengumuman yang disampaikan di Seoul, Korsel ini secara resmi mengakhiri perjalanan Galaxy Note 7 setelah 53 hari beredar di pasar.
Kematian dini Galaxy Note 7 merupakan pukulan telak bagi Samsung secara finansial maupun dalam persaingannya di pasar smartphone yang kian ketat.
Matinya Galaxy Note 7 berarti Samsung kehilangan salah satu pusaka utamanya untuk mengepung iPhone 7 dari Apple di pasar ponsel premium. Kini Samsung hanya bisa mengandalkan Galaxy S7 yang diperkenalkan ke pasar pada Februari lalu.
Lenyapnya Galaxy Note 7 seperti membuka jalan bagi Pixel, pendatang baru milik Google di pasar ponsel pintar dunia. Diluncurkan awal pekan ini, Pixel memang dipasang di pasar yang sama dengan Galaxy Note 7 dan iPhone 7.
Pada Selasa, beberapa jam setelah mengumumkan agar para pengguna tak lagi menggunakan Galaxy Note 7, nilai saham Samsung di Seoul turun sekitar 8% dan membuat perusahaan kehilangan 17 miliar dolar AS atau sekitar Rp221,97 triliun.
Selain itu, masalah ini juga merusak kepercayaan pasar pada Samsung. Selain kegagalannya untuk memperbaiki Galaxy Note 7, transparansi juga jadi pemicunya. Samsung hingga saat ini belum menjelaskan apa masalah Galaxy Note 7.
"Para pengguna kini ketakutan menggunakan merek Samsung," kata Bryan Ma, wakil presiden bidang device research, perusahaan penyedia layanan riset pasar IDC kepada CNNMoney, "Samsung bilang mereka sudah memperbaikinya, tetapi masalah tetap ada."
Samsung didesak agar segera memperbaiki citra mereknya di dunia, agar produk-produk berikutnya kembali bisa dipercaya publik.
"Kejujuran dan transparansi dibutuhkan untuk memperbaiki cela pada merek Samsung. Jika tidak, produk-produk lain Samsung akan menerima getahnya," kata TuanAnh Nguyen analis dari Canalys.