Suara.com - Yahoo Inc akhirnya memberikan tanggapan terhadap laporan media yang mengungkapkan bahwa perusahaan penyedia jasa komunikasi online itu memindai email-email milik ribuan penggunanya dan menyerahkannya kepada badan intelijen Amerika Serikat.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Rabu (5/10/2016), Yahoo mengatakan bahwa laporan yang diterbitkan kantor berita Reuters itu "menyesatkan" dan bahwa "pemindaian email yang dibeberkan dalam artikel itu tidak ada dalam sistem kami".
"Kami menafsirkan setiap permintaan pemerintah atas data-data pengguna dengan hati-hati untuk meminimalisasi peyingkapan (informasi pribadi pengguna)," bunyi pernyataan Yahoo lebih lanjut.
Sebelumnya pada Selasa Yahoo juga mengatakan bahwa perusahaan mematuhi hukum di Amerika Serikat dan beroperasi sesuai dengan ketentuan hukum.
Reuters pada awal pekan ini melaporkan bahwa sejak awal 2015 lalu Yahoo diam-diam membuat sebuah program atau peranti lunak yang bisa memindai semua email para penggunanya, mencari informasi-informasi tertentu, dan menyerahkannya kepada badan intelijen AS.
Informasi ini diperoleh Reuters dari tiga bekas karyawan Yahoo dan seorang sumber lain yang mengetahui aktivitas gelap tersebut.
Dalam laporannya Reuters membeberkan bahwa CEO Yahoo, Marissa Mayer dan pemimpin tim hukum Yahoo, Ron Bell, secara sepihak memerintahkan para teknisi bidang email untuk membuat program yang diminta intelijen AS.
Program itu menyaring email-email yang mengandung kata atau frasa yang telah ditentukan, memisahkannya, dan menyimpannya secara khusus agar bisa diakses dari luar oleh intelijen AS.
Sumber-sumber Reuters menyebutkan bahwa program itu ditemukan oleh tim keamanan Yahoo pada 2015, beberapa pekan setelah dipasang. Tim keamanan awalnya mengira itu adalah ulah para peretas.
Ketika Alex Stamos, kepala tim keamanan informasi Yahoo tahu bahwa Mayer yang mengizinkan pemasangan program itu, ia memutuskan untuk mengundurkan diri. Kepada para bawahannya ia mengatakan bahwa dirinya tak tahu-menahu tentang program tersebut.
Stamos juga memperingatkan bahwa ada celah keamanan pada program itu yang bisa dimanfaatkan oleh para peretas untuk mencuri informasi. Stamos mundur pada Juni 2015 dan kini dia telah bergabung dengan Facebook.
Adapun Yahoo pada bulan lalu mengumumkan bahwa sekelompok peretas yang didukung oleh negara tertentu berhasil mengakses 500 juta akun pada 2014.
Yahoo kini tengah dalam proses untuk menjual bisnis utamanya kepada perusahaan telekomunikasi AS, Verizon Communication Inc dengan harga 4,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp62,5 triliun. (LA Times/BBC)
Yahoo Tak Bantah Bongkar Email Pengguna
Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 06 Oktober 2016 | 15:13 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Masih Pakai Yahoo? Kini PHK Massal dan Rombak Strategi Bisnis
01 Mei 2024 | 15:17 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Tekno | 21:27 WIB
Tekno | 20:37 WIB
Tekno | 20:32 WIB
Tekno | 19:15 WIB
Tekno | 18:45 WIB
Tekno | 17:15 WIB