Gunung Berapi Dekat PLTN Jepang Akan Meletus dalam 30 Tahun

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 14 September 2016 | 18:19 WIB
Gunung Berapi Dekat PLTN Jepang Akan Meletus dalam 30 Tahun
Gunung Sakurajima di Pulau Kyushu, Jepang (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu gunung berapi paling aktif di Jepang diperkirakan akan melepaskan letusan besar dalam 30 tahun ke depan, demikian kata para ilmuwan yang mempelajari perkembangan magma di gunung tersebut.

Gunung Sakurajima di Pulau Kyushu, kata para peneliti, merupakan ancaman yang kian nyata bagi penghuni pulau tersebut dan bagi Jepang secara keseluruhan.  Betapa tidak, Gunung Sakurajima terletak hanya 49km dari pembangkit listrik tenaga nuklir Sendai dan dekat dengan kota Kagoshima, yang dihuni oleh sekitar 600.000 orang.

Gunung Sakurajima terakhir kali meletus besar pada 1914. Kala itu sebanyak 58 orang tewas.

"Dalam letusan tahun 1914 volume magma sekitar 1,5 kilometer kubik," kata James Hickey, pemimpin riset yang berasal dari Universitas of Exeter, Inggris.

"Dari data yang kami miliki, kami memperkirakan bahwa butuh 130 tahun agar volume magma yang sama bisa terkumpul dan memicu letusan. Itu artinya letusan akan terjadi dalam sekitar 25 tahun mendatang," imbuh dia.

Laporan tentang penelitian Hickey dkk ini diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 12 September kemarin.

Riset Hickey dkk menunjukkan bahwa setiap tahun volume magma di Sakurajima bertambah sebanyak 14 juta meter kubik. Studi ini dirancang berdasarkan studi dan pemodelan sebelumnya tentang kolam magma pada gunung berapi.

Para ilmuwan berharap studi mereka bisa membantu pemerintah Jepang mengantisipasi bencana yang akan datang.

Temuan Hickey dkk ini sendiri disambut positif oleh Jepang, yang mengatakan bahwa rencana evakuasi baru tengah disiapkan.

"Sudah lewat 100 tahun sejak letusan pada 1914. Kota Kagoshima sudah mempersiapkan rencana evakuasi untuk mengantisipasi letusan Sakurajima," kata Haruhisa Nakamichi, pakar bidang pencegahan bencana dari Universitas Kyoto. (BBC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI