Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) melakukan Ekspedisi Oseanografi Indonesia Bagian Timur dengan menerjunkan lebih dari 25 peneliti di bidang oseanografi. Tim peneliti mulai berlayar dari Pelabuhan Benoa Bali pada Sabtu (27/8/2016) yang dilepas langsung oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BalitbangKP) Zulficar Mochtar dan akan mengarungi lautan dengan menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII hingga bulan September 2016 mendatang.
Adapun jalur ekspedisi meliputi Laut Banda, Laut Maluku, Selat Makasar dan Selat Lombok yang merupakan salah satu basin (lembah) laut dalam di perairan Indonesia bagian Timur. Dimana basin tersebut memiliki peranan penting dalam pertukaran massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia.
Zulficar mengatakan ekspedisi ini merupakan langkah untuk menghadapi fenomena perubahan iklim secara ekstrim (monsun) di tenggara yang terjadi pada Juli hingga September. “Pada periode itu, angin permukaan di Laut Banda, Laut Maluku, Selat Makassar dan Selat Lombok berhembus ke arah barat laut yang menyebabkan suhu permukaan air laut lebih dingin dan terjadinya upwelling. Sebaliknya, pada saat monsun barat (November – Maret) angin permukaan berhembus ke tenggara, suhu permukaan air laut lebih hangat dan mengurangi transpot arus lintas Indonesia (Arlindo)”, ungkap Zulficar di Jakarta, Senin (29/8/2016).
Ekspedisi oseanografi Indonesia Timur ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yakni kondisi perubahan iklim La Nina sangat berpengaruh pada transpor massa air dari Samudera Pasifik ke Hindia dan kekuatan upwelling di Laut Banda. Zulficar juga menjelaskan, pada ekspedisi ini juga dilakukan validasi terhadap kapal yang beroperasi di perairan laut Indonesia bagian timur sangat penting sehubungan dengan IUU fishing. Selain itu, pertimbangan lain adalah validasi dan penajaman hasil model hidrodinamika dan biogeokimia dari proyek INDESO yang saat ini sudah bersifat operasional serta jumlah pengukuran yang telah dilakukan di perairan laut Indonesia bagian timur masih sangat terbatas, dan salah satunya adalah yang berkaitan dengan pengukuran arus terhadap kedalaman dan karbon laut.
Sebelumnya telah dilakukan kajian bersama para stakeholder dan telah teridentifikasi beberapa permasalahan yang terkait dengan pengelolaan di kawasan Laut Banda yakni terjadinya degradasi ekosistem dan lingkungan dengan ditandainya kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir dan laut, kurangnya kesadaran atau ketidak tahuan para pemangku kebijakan, lemahnya aturan dan penegakan hukum dan penangkapan ikan yang berlebihan (over fishing).
Berkaca dari permasalahan yang ada, menurut Zulficar, pelaksanaan ekspedisi ini akan melihat kondisi lingkungan laut dan aktivitasnya meliputi pengukuran parameter fisik, kimia, dan biologi, pengamatan respon dan pengaruh kondisi perubahan iklim (La Nina) terhadap aktivitas perikanan tangkap, dan analisis fenomena laut dan memprediksi kondisi laut ke depan. "Termasuk IUU fishing melalui validasi terhadap jenis dan keberadaan kapal menggunakan data radar dan validasi lapangan, serta identifikasi keberadaan rumpon di perairan timur Indonesia”, ungkap Zulficar.
Nantinya, pelaksanaan ekspedisi ini dengan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII LIPI, yang terbagi menjadi tiga jalur (leg) cruise yaitu: leg I (cruise Laut Banda) dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus – 05 September 2016 dengan lokasi pemberangatan Pelabuhan Benoa Bali menuju Pelabuhan di Ambon; leg II (Cruise Laut Maluku) yang dilaksankan pada tangal 06 – 15 September 2016 dari Pelabuhan Ambon menuju Pelabuhan Bitung; dan leg III (cruise Selat Makassar dan Selat Lombok) yang dilaskanakan pada tanggal 20 September – 01 Oktober 2016 dari Pelabuhan Bitung menuju Pelabuhan di Jakarta. Ekpesidi Indonesia Timur ini diikuti oleh berbagai instansi dengan variasi bidang keahlian yang meliputi: peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balai Penelitian dan Observasi Laut dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir), peneliti LIPI, UNDIP, dan ITB
Kawasan Laut Banda merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.69/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Banda di Provinsi Maluku. Diharapakn ekspedisi oseanografi ini dapat menjawab berbagai isu penting kelautan dan perikanan diantaranya IUU fishing, perubahan iklim, pemodelan dinamik laut sehubungan dengan stok ikan, dan sebaran rumpon di perairan timur Indonesia.