Suara.com - Siapa yang tak tahu Pokemon Go? Rasanya, hampir setiap manusia di dunia ini tahu, atau setidaknya pernah mendengar game yang sedang digandrungi di berbagai negara.
Sejak pertama kali dirilis secara resmi di Amerika Serikat dan Selandia Baru, popularitas Pokemon Go langsung meroket. Bahkan, para fans karakter Pokemon di segala penjuru dunia yang penasaran, mencoba berbagai cara untuk mengunduh dan memainkan game ini di negara masing-masing.
Hingga saat ini, Pokemon Go masih jadi sorotan menarik di dunia teknologi maupun di kalangan penggila game. Kegemaran orang terhadap game ini sepertinya belum mengendur pula.
Kesuksesan Pokemon Go tak lepas dari kerja keras Niantic Inc., sebuah perusahaan pengembang perangkat lunak yang bermarkas di San Francisco, California, Amerika Serikat. Di perusahaan yang awalnya startup binaan Google inilah, Pokemon Go dilahirkan. Berikut ini adalah orang-orang hebat yang 'membidani' lahirnya Pokemon Go. Siapa saja?
John Hanke, awal dari segalanya
Kenapa John Hanke disebut "awal dari segalanya"? Jawabannya sederhana, sebab Pokemon Go tak akan pernah ada di smartphone Anda jika John Hanke tak pernah berpikir untuk mendirikan Niantic Labs, perusahaan yang menciptakan aplikasi-aplikasi eksperimental.
Niantic Labs, yang kemudian menjadi salah satu startup binaan Google, sebelumnya mengembangkan Ingress, game "augmented reality" yang membuat pemainnya seolah mengendalikan faksi-faksi virtual dalam smartphone Android mereka. Mereka bisa mempertemukan faksi-faksi tersebut di tempat-tempat umum dan mengadakan pertempuran.
Pokemon Go terlahir setelah Nintendo dan The Pokemon Company Group memutuskan berkolaborasi dengan Niantic. Perpaduan antara teknologi canggih yang dimiliki Niantic dengan popularitas franchise Pokemon yang mendunia, memberikan hasil yang amat masif.
John Hanke sendiri saat ini menjabat sebagai CEO Niantic. Sebelum mendirikan Niantic dan bergabung dengan Google, Hanke mendirikan dan memimpin perusahaan bernama Keyhole, Inc. Google mengakuisisi Keyhole pada tahun 2004. Produk utama Keyhole adalah Google Earth yang saat ini banyak digunakan sebagai panduan navigasi darat. Saat masih di Keyhole, penyandang gelar M.B.A. dari Haas School of Business University of California, Berkeley ini, selama beberapa tahun menjabat sebagai Wakil Direktur Manajemen Produk untuk divisi "Geo" Google, yang mencakup (Google Earth, Google Maps, Local, StreetView, Sketchup, dan Panoramio).
Mike Quingley, sang sales jempolan
Meski punya banyak fans di seluruh dunia, Pokemon Go tidak laris manis begitu saja. Tanpa strategi pemasaran yang tepat, Pokemon Go tentu akan sulit bersaing dengan game-game keren yang ada di pasaran.
Beruntung, Niantic, Inc., memiliki Mike Quigley di posisi Chief Marketing Officer alias Direktur Pemasaran. Quigley bertanggungjawab atas segala aspek pemasaran untuk Niantic dan aplikasi game yang mereka kembangkan, termasuk Pokemon Go. Di tangan Quigley, Niantic jadi salah satu perusahaan pengembang game yang diperhitungkan dalam waktu yang relatif singkat. Pasalnya, Niantic baru saja menjadi perusahaan mandiri sejak Oktober 2015, setelah melepas statusnya sebagai startup binaan Google.
Quigley sudah lama bermain di bidangpemasaran game. Sebelum di Niantic, ia menjadi Direktur Pemasaran Konsumen YouTube untuk kawasan Amerika bagian utara. Ia juga pernah menjadi sales platform pembayaran online Jambool.
Jebolan fakultas komunikasi University of Washington ini juga sebelas tahun lamanya menjadi Wakil Direktur Pemasaran Global di Electronic Arts, pembuat game tenar macam Battlefield, Dead Space, Dragon Age, Mass Effect, dan Rock Band. Quigley juga ternyata satu almamater dengan Hanke di Haas School of Business University of California, Berkeley.
Dennis Hwang, pemberi sentuhan seni
Di Niantic, Dennis Hwang memegang posisi "Director, Visual and Interaction Design". Dari jabatan mentereng itu, mungkin Anda bisa menebak-nebak apa yang dikerjakan Dennis di Niantic, Inc.
Ya, dia bertanggungjawab di divisi desain yang berarti dia terlibat dalam perancangan visual dari game Pokemon Go yang bisa kita lihat sekarang ini.
Dennis, yang lahir dengan nama Hwang Jeong-mok, merupakan seniman grafis asal Korea Selatan yang lahir di Knoxville, Tennessee, Amerika Serikat. Pada usia lima tahun, Dennis sempat pindah ke Korsel dan kembali lagi ke AS untuk bersekolah di sekolah menengah Bearden.
Anda bisa melihat karya-karya Dennis dalam bentuk doodle-doodle yang biasa ditampilkan Google di laman depannya pada kesempatan-kesempatan khusus. Awalnya, ia diminta dua pendiri Google, Sergey Brin dan Larry Page, untuk membuat logo Google dalam peringatan Bastille Day, 14 Juli 2000.
Sejak saat itu, Dennis bisa membuat hingga 50 logo Google dengan tema yang berbeda-beda dalam satu tahun. Namun, uniknya, posisi Dennis sebenarnya saat itu adalah "webmaster" yang bertanggungjawab atas segala konten internasional dari Google.
Junichi Masuda, sang komposer
Pernah bayangkan game Pokemon Go tanpa musik? Yang pasti jadi terasa hambar ketika dimainkan.
Itu sebabnya Niantic meng-hire seorang penata musik yang bukan orang sembarangan. Dia adalah Junichi Masuda, seorang komposer musik video game yang terkenal lewat seri game Pokemon.
Nama Junichi sudah malang melintang di dunia pembuatan game sejak tahun 1989. Namun, sosoknya lebih melekat dengan game Pokemon yang mulai ia garap musiknya sejak tahun 1996, lewat proyek Pokemon Red and Blue.
Dan, untuk Pokemon Go, Junichi kembali dilibatkan. Lelaki yang lahir di Yokohama 48 tahun silam ini memang sejak awal berkarier di Game Freak, perusahaan pembuat game yang mengembangkan Pokemon.
Satoshi Tajiri, "Bapak" Pokemon
"Bapak" Pokemon mungkin julukan yang paling tepat untuk Satoshi Tajiri. Tajiri adalah desainer game Jepang yang menggagas dan menciptakan karakter Pokemon untuk pertama kalinya. Tajiri pulalah, pendiri Game Freak, perusahaan pengembang game yang memproduksi dan memasarkan game Pokemon.
Mungkin baru sedikit yang tahu, bahwa lelaki kelahiran 28 Agustus 1965 ini gemar mengkoleksi serangga semasa kecilnya. Ia sampai mendapat julukan "Dr.Kumbang" oleh anak-anak lain karena hobinya itu.
Pemekaran wilayah permukiman di Jepang membuat habitat serangga berkurang drastis. Itu sebabnya, ia lalu terpikir untuk membuat game yang membuat anak-anak kecil merasa bisa menangkap dan mengumpulkan serangga. Motivasi itulah yang menginspirasi Tajiri untuk menciptakan karakter dan game Pokemon.
Perlu diketahui juga, karakter Ash Ketchum (Satoshi dalam Bahasa Jepang), merupakan representasi diri Tajiri saat masih kecil.