Suara.com - Perang bukan merupakan hal baru bagi Amerika. Tapi Amerika kini terjebak dengan ISIS yang berkutat dengan teknologi. Banyak pihak mengakui, kelompok ini menggunakan teknologi lebih baik daripada kebanyakan teknologi start-up.
Ghost Security Group, sebuah organisasi anti-terorisme, telah mencatat di masa lalu ISIS menggunakan hampir setiap aplikasi sosial untuk berkomunikasi dan berbagi propaganda, termasuk Twitter dan Facebook, aplikasi chat seperti Telegram, Surespot, dan Threema serta platform messaging termasuk Kik dan WhatsApp.
Kelompok teror tersebut berbagi video yang menggambarkan aksi pemenggalan kepala di YouTube dan aksi yang lebih mengerikan di liveleak. Mereka menggunakan iMessage Apple untuk berkomunikasi.
Mereka memberitakan kepada pengikut mereka di seluruh dunia dengan menggunakan stasiun radio Internet. Ketika serangan teror berlangsung, mereka menggunakan Twitter untuk mengklaim bertanggung jawab dan pengikut mereka kemudian menyetujui apa yang mereka lakukan dengan favorit dan retweets.
Hal yang paling menakutkan, mereka mendominasi kelompok sebagai jaringan teror modern dengan cepat melalui media sosial. Teknologi menjadi senjata paling kuat yang digunakan ISIS membuat jaringan teror dengan segala macam efisiensi.
Amerika sangat rentan terhadap formula ini. ISIS bahkan tidak perlu mengirimkan orang khusus ke Amerika atau mentransfer senjata.
ISIS telah benar-benar mengubah pandangan seseorang dalam hal peperangan karena tidak perlu tank dan senjata untuk menghancurkan musuh, tapi 'hanya' membutuhkan teknologi dan data. (Vanity Fair)