Bagi para pelaku industri manufaktur di Indonesia yang terus berkembang saat ini, kemampuan untuk beroperasi lebih cepat, lebih hemat biaya, dan lebih inovatif telah menjadi hal utama. Berdasarkan studi terbaru dari UNIDO (United Nations Industrial Development Organization atau Organisasi Pengembangan Industri PBB), kini, Indonesia adalah salah satu dari 10 negara manufaktur berpengaruh di dunia. Selain itu, semakin besar pula potensi Indonesia untuk meningkatkan volume dan kualitas ekspornya dengan mengadopsi revolusi industri 4.0.
Menurut Budi Sutanto, Managing Director PT Omron Electronics Indonesia, Industri manufaktur saat ini mulai memasuki revolusi industri keempat, atau industri 4.0. "Di mana kita dapat melihat konvergensi dari sistem fisik dan siber yang saling terhubung melalui Internet of Things (IoT). Hal ini memperlebar jalan menuju pabrik pintar dan otomatisasi di semua lini. Walau baru di tahap awal, Industri 4.0 menghadirkan cara baru bagi industri untuk beroperasi melalui integrasi antara tren dan teknologi,” kata Budi dalam keterangan resmi, Selasa (31/5/2016).
Sutanto menambahkan bahwa pada akhirnya, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang terbentuk tahun ini akan menciptakan pasar dengan potensi jumlah konsumen yang hampir mencapai 700 juta orang. Angka ini hampir 10 persen dari total populasi dunia. "Indonesia, menimbang dari luas negara dan kekayaan alamnya, merupakan negara ASEAN yang memiliki potensi terbesar menjadi penghubung industri manufaktur di kawasan tersebut,” tambahnya.
Namun, hal ini bukannya tanpa tantangan. Pada saat sektor manufaktur berusaha mengurangi biaya operasional, memperpendek siklus penyediaan barang dan melancarkan kegiatan operasional, pada saat bersamaan sektor manufaktur juga dituntut untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu solusi mengatasi tantangan tersebut adalah dengan meningkatkan penggunaan otomatisasi industri.
Kemajuan yang dicapai otomatisasi industri menciptakan berbagai mesin dan proses yang sepenuhnya digital dan terhubung satu sama lain melalui serangkaian sensor dan perangkat lunak canggih. Otomatisasi industri memberi kecerdasan dan kemampuan menganalisa kepada mesin-mesin dan proses-proses tersebut, sehingga mereka dapat beroperasi sendiri secara otomatis, dan yang lebih penting, berinteraksi secara dinamis satu dengan lainnya.
Dengan kecerdasan tersebut, mesin-mesin dapat bekerja sama menyelesaikan beragam pekerjaan yang kompleks, secara akurat mengantisipasi kapan perawatan mesin harus dilakukan, bahkan dapat bereaksi dengan tepat terhadap gangguan tak terduga dalam proses produksi. Aliran data yang terus menerus diperbaharui juga memberikan informasi penting tentang kondisi dan kinerja pabrik pintar tersebut. Data-data tersebut nantinya dapat dianalisa demi peningkatan efisiensi operasional tahap selanjutnya.
Dimensi lain dari otomatisasi industri adalah kemampuan untuk merespon permintaan pasar dengan lebih cepat, lebih akurat, dan dengan biaya yang lebih efisien.
Demi mendukung otomatisasi industri di Indonesia, Omron membangun fasilitas Automation Center (ATC) di Indonesia untuk menunjukkan serangkaian teknologi otomatisasi tercanggih di dunia. Di ATC tersebut, para pakar otomatisasi dari Omron bersama-sama dengan perwakilan industri manufaktur, menguji dan melakukan verifikasi ide-ide produk dan mesin baru yang sesuai dengan kebutuhan industri manufaktur tersebut. Dengan kata lain, ATC bersinergi dengan industri manufaktur untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi industri.
Omron telah mendukung banyak manufaktur di Indonesia menerapkan teknologi otomatisasi industri di pabrik-pabrik mereka.
Ayyasy Azzurqi, Project Management Department Head, PT Astra Otoparts Winteq Division,mengatakan, “Peningkatan produktifitas dan efisiensi biaya produksi adalah tujuan dari sebuah otomasi yang kami deliver kepada pelanggan kami. Partnership kami dengan Omron melahirkan produk otomasi yang akurat, handal, user friendly, dan fit to purpose yang mendukung tujuan otomasi tersebut.”