Pakar Sangsikan Temuan Kota Maya Kuno oleh Remaja 15 Tahun

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 12 Mei 2016 | 08:57 WIB
Pakar Sangsikan Temuan Kota Maya Kuno oleh Remaja 15 Tahun
Ilustrasi kota Maya. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Klaim seorang remaja 15 tahun yang mengatakan berhasil menemukan kota kuno Maya dalam hutan di Semenanjung Yucatan, Meksiko, dipertanyakan oleh sejumlah pakar sejarah.

Sebelumnya, William Gadoury, remaja asal Quebec, Kanada, membandingkan peta 22 rasi bintang Maya kuno dengan foto-foto Google Earth di semenanjung Yucatan.

Ia menemukan bahwa posisi 117 kota Maya kuno yang diketahui bersesuaian dengan pola rasi bintang tersebut, dengan kota-kota besar diwakili dengan bintang-bintang yang lebih terang daripada lainnya.

William kemudian menyelidiki rasi ke-23 Maya yang jarang diketahui orang. Ia menggunakan gambar-gambar satelit yang ada di internet dan foto-foto yang dikirim Badan Luar Angkasa Kanada. Kemudian, William menemukan sesuatu yang mirip dengan sisa-sisa kota kuno Maya, sesuai dengan rasi tersebut.

Kota kuno tersebut diberi nama K'aak Chi atau Mulut Api oleh William. Kota tersebut merupakan satu dari lima kota besar di kebudayaan Maya. Dahulu kala, kota tersebut diduga memiliki sebuah piramida setinggi 86 meter, dan memiliki sekitar 30 gedung.

Sebuah surat kabar Kanada menyebut William dengan julukan "bintang kecil NASA, badan luar angkasa Kanada, dan badan luar angkasa Jepang".

Namun, ada masalah. Beberapa pakar arkeologi dan antropologi menyangsikan klaim William.

Persegi yang terlihat pada gambar satelit, kata mereka, mungkin bukanlah sebuah piramida, melainkan bisa saja sebuah ladang jagung kuno. Salah satu pakar yang melontarkan kritik adalah David Stuart, seorang profesor Seni dan Tulisan Mesoamerika di University of Texas di Austin.

"Berita terbaru tersebut salah. Saya mencoba mengabaikan hal itu (dan pertanyaan-pertanyaan dari media yang saya terima), namun kini saya merasa harus mengatakan sesuatu," kata Stuart di postingan Facebooknya.

"Semua hal ini adalah contoh sains sampah yang buruk dan berantakan dan menjadi sorotan di internet," sambungnya.

"Suku Maya kuno tidak mengatur pembangunan kota-kota mereka berdasarkan rasi bintang. Melihat pola tersebut adalah sebuah proses Rorschach, [seperti melihat tes psikologi di mana orang diminta melihat noda tinda dan mengatakan apa yang mereka lihat], karena situs kuno ada di mana-mana, demikian pula bintang," lanjutnya.

"Fitur persegi yang ditemukan di Google Earth adalah buatan manusia, namun itu hanyalah ladang jagung kuno, atau milpa (ladang dari hasil membuka hutan)," beber Stuart.

Dalam postingan lanjutannya, Stuar mengatakan, "Saya tidak ingin mengkritisi remaja lelaki yang disebut dalam berita tersebut. Ia amat cerdas dan antusias pada arkeologi dan kebudayaan Maya. Apa yang membuat saya berang di sini adalah para 'pakar' tak bertanggungjawab yang ingin tampil di media".

Pendapat Profesor Stuart didukung oleh Thomas Garrison, asisten profesor antropologi dari University of Southern California.

"Saya memuji upaya si remaja. Namun, dalam hal ini, bentuk persegi dan tanaman sekunder yang tumbuh di dalamnya adalah bukti nyata bahwa ini adalah milpa kuno. Saya perkirakan itu sudah pernah ditanami selama 10 hingga 15 tahun. Ini jelas dilakukan oleh orang yang pernah tinggal di dataran rendah Maya," kata Thomas kepada Gizmodo.

Arkeolog Slovenia, Profesor Sprajc, yang pernah menjelajahi hutan Yucatan untuk mencari kota-kota kuno Maya juga meragukan temuan tersebut. Ia juga membantah teori yang mengatakan bahwa suku Maya membangun kota mereka sesuai dengan rasi bintang.

Suku Maya adalah ahli astronomi yang hebat, katanya. Namun, baru beberapa rasi Maya yang ditemukan. Bahkan, dalam kasus ini, kita tidak tahu seberapa banyak dan bintang-bintang mana saja yang membentuk masing-masing rasi tersebut.

Namun, pakar asal Kanada yang mendukung temuan William menyampaikan bantahan. Dr. Armand LaRocque dari Laboratorium Penginderaan Jauh di University of New Brunswick, mengatakan bahwa mereka yang menyangsikan temuan William menganalisis foto yang berbeda. William, kata Armand, tidak berlandaskan pada rangkaian foto yang dianalisis oleh para pakar tadi.

Banyak orang, tentu sepakat bahwa cara terbaik untuk membuktikan temuan tersebut adalah kota Maya atau memang benar-benar ladang jagung adalah dengan cara masuk ke hutan. Namun, kata Armand, itu akan membutuhkan biaya yang tak sedikit. (Independent)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI