Studi: Ditinggal Kekasih Memang Mematikan

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 07 April 2016 | 09:16 WIB
Studi: Ditinggal Kekasih Memang Mematikan
Ilustrasi perempuan yang berduka karena ditinggal kekasih (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kematian kekasih yang telah menjadi pasangan hidup dalam waktu lama akan memicu detak jantung yang tak teratur dan bisa membahayakan jiwa, demikian hasil sebuah studi yang digelar di Denmark.

Dari studi yang melibatkan hampir sejuta orang itu ditemukan bahwa ditinggal kekasih bisa meningkatkan risiko kematian akibat detak jantung yang tidak normal. Risiko ini bisa bertahan hingga setahun, demikian tulis para peneliti dalam jurnal Open Heart pada Rabu (6/4/2016).

Para peneliti mengatakan risiko kematian akibat detak jantung yang tak normal itu mencapai titik paling tinggi dalam periode "delapan sampai 14 hari setelah ditinggal kekasih". Selepas masa itu, risiko kematian perlahan-lahan turun.

"Setahun setelah ditinggal, risiko kematian akan turun hingga hampir sama dengan mereka yang tidak sedang berduka," jelas Simon Graff, ilmuwan dari Universitas Aarhus, Denmark, yang memimpin riset itu.

Sebelumnya beberapa riset yang berusaha menjelaskan mengapa banyak orang meninggal tak lama setelah pasangan hidup mereka wafat. Studi-studi itu menunjukkan bahwa kekasih yang ditinggal mati berisiko meninggal karena penyakit jantung dan stroke. Meski demikian mekanismenya tak diketahui.

Studi terbaru ini berusaha menemukan mekanisme tersebut. Dalam studi ini ditemukan bahwa pasangan yang ditinggal mati lebih berisiko menderita "atrial fibrillation", kelainan detak jantung yang menjadi faktor utama penyebab stroke dan gagal jantung.

Adapun riset di Denmark itu menganalisis data populasi dari tahun 1995 hingga 2014. Dari data itu ditemukan ada 88.612 orang yang menderita atrial fibrillation dan 886.120 yang sehat.

Graff menjelaskan bahwa mereka yang berduka karena ditinggal kekasih 41 persen lebih berisiko menderita kelainan detak jantung ketimbang yang tak pernah ditinggal pasangan hidupnya.

Ironisnya, mereka yang berusia di bawah 60 tahun dua kali lebih berisiko mengalami kelainan detak jantung akibat ditinggal kekasih. Sementara mereka yang kekasihnya tiba-tiba meninggal, tanpa adanya tanda-tanda penyakit sebelumnya, 57 persen lebih rentan menderita atrial fibrillation. (The Guardian)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI