Kisah Para Ilmuwan Pemburu Gerhana Matahari Total

Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 12 Maret 2016 | 19:45 WIB
Kisah Para Ilmuwan Pemburu Gerhana Matahari Total
Peneliti NASA mempersiapkan peralatan untuk mengamati gerhana matahari total di Maba, Halmahera Timur, Senin (7/3). (Antara/Rosa Panggabean)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Memahami "garis terlarang" Jika suhu dan kecepatan elektron pada korona menjadi hal penting yang ingin diketahui NASA, maka tim peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) datang ke Maba untuk memahami zat-zat penyusun korona.

"Kita sebenarnya sudah tahu ion-ion yang membentuk korona, tapi kita ingin mencari tahu seberapa kuat mereka mempengaruhi korona," kata Sungging saat ditemui di Alun-alun Jiko Mobon.

Ia mengatakan timnya ingin menemukan ion besi atau istilah lainnya "garis terlarang" yang tidak bisa ditemukan di laboratorium bumi, tetapi hanya ditemukan di matahari.

"Mereka penyusun korona dan hanya bisa diamati dari bumi saat gerhana matahari total terjadi. (Garis terlarang) akan tampak seperti garis saja di layar laptop," ujar Sungging.

Tim peneliti akan menginterpretasikan garis terlarang dari korona yang bermakna yang berhasil terekam LAPAN Compact Litro Spectrograph saat GMT terjadi, katanya.

"Cahaya akan bercerita banyak, kapan dia berwarna merah, dan kapan berwarna biru. Dari sana ada penjelasannya," ujar Sungging.

Sungging menyebutnya "serendipity astronomy". Astronom tidak akan pernah tahu kapan dan apa yang akan muncul dari hasil penelitiannya, dan manfaat apa yang bisa diterima umat manusia nantinya dari hasil penelitian tersebut.

Namun masing-masing dari mereka, para peneliti dan ilmuwan astronomi seperti Emanuel Sungging, Bambang Haryadi, Benjamin Boe, dan Nelson Leslie Reginald, memiliki "romantisme astronomi" sendiri-sendiri yang selalu siap menggoda mereka untuk menyibak rahasia alam semesta.

Jika Sungging memimpikan pembuktian hipotesa sederhana dari siklus tenang matahari, dan Reginald memimpikan Nobel Fisika dari sebuah model distribusi temperatur korona, semua itu menjadi sah-sah saja.

Tidak perlu gusar nantinya memikirkan apa hasil atau manfaat dari hipotesa mereka untuk kehidupan manusia saat ini. Bukankah gelombang gravitasi yang diajukan Albert Einstein pada akhirnya terbukti, meski butuh waktu 100 tahun untuk mampu mendeteksinya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI