Tim Peneliti Boscha Mulai Meneliti Gerhana Matahari di Poso

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 07 Maret 2016 | 20:12 WIB
Tim Peneliti Boscha Mulai Meneliti Gerhana Matahari di Poso
Ilustrasi gerhana matahari (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tim peneliti astronomi dari Lembaga Penelitian Astronomi 'Boscha' Institute Teknologi Bandung (ITB) memulai aktivitas penelitian mereka terkait Gerhana Matahari Total (GMT) di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Sulawesi Tengah, Senin (7/3/2016).

Tim peneliti tampak memasang dan mengoperasikan sebanyak empat teropong observasi untuk memantau GMT. Perlatan ini nantinya akan dihubungkan ke jaringan telekomunikasi yang memungkinkan tim Boscha ITB melakukan 'video streaming' untuk ditonton oleh masyarakat lewat jaringan internet.

PT. Telkom Indonesia telah memasang jaringan pita lebar (broadband) berkekuatan 10 mbps di Desa Kalora ini untuk mendukung penelitian Tim Boscha ITB dan lembaga penelitian lainnya yang akan memantau GMT dari desa itu.

Menurut Ketua Tim Peneliti Astronomi dan Observatarium Lembang ITB Mahasena Putra, penelitian yang dilakukan sebelum GMT itu untuk melihat apa efek yang terjadi pada fauna dan binatang selama dua hari menjelang GMT.

"Hari ini kami sudah mulai melakukan penilitian untuk melihat apa yang terjadi selam dua hari sebelum terjadinya GMT dan dilanjutkan pada 9 Maret itu. Ya kemungkinan ada efek sebelum dua hari peristiwa GMT," ujar Mahasena.

Tim ini memiliki tiga tujuan enlitian yakni mengukur gaya gravitasi, penelitian pendulum dan penelitian tentang perilaku satwa saat terjadi GMT. Selain itu, para peniliti akan melakukan serta memberikan pelatihan kepada guru-guru IPA di Poso, terkait dengan GMT.

Pada Selasa (8/3/2016) malam, ITB akan menggelar kegiatan pesta bintang, dengan mengundang warga melihat alam semesta lewat teropong dan menayangkan pemandangan langit malam pada layar lebar.

"Pagi tanggal 9 Maret, bersama-sama masyarakat menyaksikan GMT dengan menggunakan teleskop," ujar Mahasena.

Sementara masyarakat lainya yang tidak sempat menggunakan teleskop, dapat menyaksikan fenomena alam melalui layar TV yang disiarkan secara langsung melalui teleskop yang disalurkan ke layar televisi layar lebar. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI