Suara.com - Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia, yang dua per tiga wilayahnya berupa lautan, membutuhkan lebih banyak satelit untuk mengawasi laut dari pencurian sumber daya maupun pengamanan wilayah.
"Mengapa (satelit) Lapan A2 dan A3, ada AIS (sensor automatic identification system), itu sebenarnya karena masih kurang," katanya usai membuka lokakarya UK Satellite and Surveillance Capabilities in Broader Maritime Applications in Indonesia di Jakarta, Selasa (1/3/2016).
Menurut dia, satelit Lapan A2/Orari yang mengorbit secara "equatorial" hanya melintasi wilayah Indonesia dua kali dalam satu hari.
Jadi, sebenarnya jumlahnya masih kurang, karena AIS ini diperlukan untuk bisa memantau kapal pencuri ikan dengan waktu yang lebih rapat.
"Sehingga pergerakan kapal bisa dipantau lebih cermat lagi," kata Thomas.
Asisten Deputi Bidang Pendayaan Iptek Maritim Kementerian Koordinator Maritim Nani Hendiarti mengatakan Indonesia sedang mendorong pembangunan infrastruktur kemaritiman.
Karenanya, pemanfaatan teknologi keantariksaan seperti satelit sangat perlu untuk akurasi data hingga peningkatan kapasitas untuk pengembangan sektor ini.
Menurut Nani, pemanfaatan satelit untuk membangun industri perikanan tangkap dan budidaya yang berkelanjutan juga dibutuhkan, selain juga dukungan data satelit yang akurat untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan dari sektor kelautan seperti yang berasal dari gelombang.
"Harapannya hasil kerja sama dengan Lapan dengan UKSA (Badan Antariksa Inggris/The UK Space Agency) bisa membantu tiga hal tersebut," ujar dia.
Sejauh ini, menurut Nani, pemanfaatan data satelit dari Lapan banyak membantu program prioritas wisata yang sedang dikembangkan pemerintah, karena tujuh di antara 10 program tersebut merupakan wisata pesisir.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan enam perusahaan Inggris yang bergerak pada teknologi dan aplikasi keantariksaan seperti Surrey Satellite Tech Ltd, Satellite Applications Catapult, Inmarsat, ExactEarth, Spire, dan Gard Line yang hadir dalam lokakarya memberikan informasi yang mereka miliki yang dapat dimanfaatkan Indonesia membangun sektor kemaritiman.
Menurut dia, laut Indonesia terlalu luas untuk sekedar dijaga dengan kapal laut dan udara. Hanya satelit yang dapat memonitornya secara cepat dengan baik.
Persaingan di bidang teknologi keantariksaan memang ketat, beberapa lembaga keantariksaan dunia memang sangat berkemampuan dengan teknologi yang sudah terbukti.
Namun, sesuai dengan permintaan Presiden Joko Widodo, kebutuhan Indonesia adalah teknologi maju, tetapi hemat anggaran.
"Jadi, kami berpikir kami punya solusi dan opsi untuk keperluan Indonesia, sesuai dengan apa yang diminta Presiden Joko Widodo," ujar dia.