Suara.com - Wina, ibu kota Austria, dinobatkan sebagai kota yang menyajikan kualitas hidup di dunia, demikian diungkapkan oleh perusahaan konsultasi Mercer dalam survei tahunan bertajuk "Quality of Living Survey" yang dirilis Selasa (23/2/2016).
Dalam daftar yang mengurutkan 230 kota dari seluruh dunia itu, Mercer menetapkan Wina sebagai kota terbaik berdasarkan 39 faktor seperti stabilitas politik, angka kriminal, penegakkan hukum, nilai tukar mata, uang, dan sarana rekreasi.
Berdasarkan survei Mercer, Wina dinilai unggul melayani 1,7 juta penduduknya dengan beragam fasilitas budaya seperti teater, opera, dan museum. Kota itu juga memiliki sistem transportasi dan sewa tempat tinggal yang lebih murah ketimbang kota-kota di Barat lainnya.
Secara umum, kota-kota Eropa Barat seperti Zurich, Swiss, Munich dan Frankfurt di Jerman, dan Copenhagen, Denmark menguasai 10 kota terbaik di dunia. Auckland, Selandia Baru dan Sidney, Australia juga masuk daftar 10 besar. Vancouver, Kanada mewakili satu-satunya kota dari Amerika Utara yang masuk dalam urutan 10 besar.
Adapun yang menempati urutan terbawah, 230, di daftar itu adalah Baghdad, ibu kota Irak. Sejak diinvasi Amerika Serikat pada 2003, gelombang kekerasan, serangan berbasis aliran keagamaan, dan terorisme menjadi menu harian kota yang sempat dijuluki sebagai permata di Timur Tengah itu.
Di mana Jakarta?
Sementara Jakarta, tak bisa masuk dalam urutan yang membanggakan. Satu-satunya kota di Indonesia yang masuk dalam daftar Mercer, Jakarta pada 2016 berada di urutan 142, turun dari urutan 140 pada 2015 lalu.
Di Asia Tenggara, Jakarta berada di bawah Singapura (26), Kuala Lumpur (86) dan Johor Bahru (103) di Malaysia , Bandar Seri Begawan (102) di Brunei Darussalam, Bangkok, Thailand (129), serta Manila, Filipina (136). Jakarta hanya unggul dari Ho Chi Minh City (152) dan Hanoi (155) di Vietnam, serta Vientiane (170), ibu kota Laos.
Sementara dari segi keamanan pribadi, Jakarta berada di urutan 172, satu tingkat di atas Bangkok yang oleh Mercer disebut tak lagi aman karena alasan "kerusuhan politik dan serangan teroris di beberapa area wisata dalam beberapa tahun terakhir."
Dalam surveinya, Mercer meneliti kualitas kehidupan di lebih dari 440 lokasi di seluruh dunia. Data-data itu dianalisis pada September dan November 2015.