Studi: Yang Kaya Semakin Kaya, Yang Lain Semakin Tak Bahagia

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 17 Februari 2016 | 07:31 WIB
Studi: Yang Kaya Semakin Kaya, Yang Lain Semakin Tak Bahagia
Demonstrasi menentang ketidakadilan dan penumpukkan kekayaan di tangan segelintir orang dalam distribusi kekayaan di Kanada (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam studinya para ilmuwan menemukan bahwa anak muda, kelompok berpendidikan rendah, dan berpenghasilan kecil adalah yang merasa paling menderita ketiga yang kaya semakin kaya.

"Alasannya belum diketahui, tetapi salah satu penjelasan yang masuk akal adalah (dengan naiknya penghasilan kaum kaya) maka kelompok ini semakin terpinggirkan dari distribusi kekayaan," tulis De Neve dan Powdthavee.

Selain kepuasan hidup, kedua peneliti juga menemukan bahwa emosi negatif juga meningkat di tengah masyarakat ketika penghasilan kelompok kaya meningkat.

"Di negara yang kelompok elit 1% menguasai sebagian besar penghasilan, orang-orang lebih sering mengaku merasa tertekan, cemas, dan marah ketika kami wawancarai," jelas De Neve dan Powdthavee.

Kedua peneliti mengatakan hasil riset ini bisa menjawab pertanyaan apakah naiknya kekayaan kelompok kaya berdampak baik bagi masyarakat.

Di dunia sendiri selalu ada dua kelompok yang berdebat tentang hal itu. Kelompok pertama, yang melihat dari spektrum politik, menilai bahwa penumpukan kekayaan bagus bagi masyarakat karena kelompok miskin juga akan bisa mendapat keuntungan dari aktivitas ekonomi kelompok elit.

Tetapi menurut kelompok lain penumpukan kekayaan di kelompok elit justru menciptakan jurang antara kelompok kaya dan miskin, serta memiliki dampak sosial dan ekonomi yang negatif.

REKOMENDASI

TERKINI