Segala sesuatu yang dipahami manusia tentang kosmos sejauh ini diperoleh berkat bantuan gelombang elektromagnetik seperti gelombang radio, cahaya, inframerah, sinar-X, dan sinar gamma.
Tetapi karena gelombang-gelombang itu menemui banyak rintangan di antariksa, tak banyak informasi yang bisa dipetik mereka. Berbeda dengan gelombang-gelombang tadi, gelombang gravitasi bisa menembus objek-objek antariksa dan karenanya sangat berharga untuk dipelajari.
Salah satu yang paling penting untuk dipelajari dari gelombang ini adalah lubang hitam, benda langit yang tak memancarkan cahaya, gelombang radio, dan gelombang lainnya, tetapi hanya gelombang gravitasional.
Lubang hitam adalah sebuah wilayah di antariksa yang sangat padat berisi materi, sehingga bahkan cahaya photon sekalipun tak bisa lolos dari gaya tarik gravitasinya.
Semikonduktor dan GPS
Tetapi selain manfaat bagi ilmu pengetahuan, menurut Alexander Lenz, ilmuwan dari Institute for Particle Physics Phenomenology, Durham University, Inggris, gelombang gravitasional satu saat akan punya manfaat langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Untuk menjelaskan hal itu, Lenz menggunakan contoh teori kuantum dan relativitas. Teori mekanika kuantum, misalnya, disusun oleh Werner Heisenberg dan Erwin Schrodinger sekitar 100 tahun silam semata-mata untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka terhadap alam semesta.
Menurut teori mekanika kuantum, pengukuran terhadap sebuah sistem akan otomatis mengubah sistem secara fundamental. Lenz berpendapat, hukum ini awalnya hanya berdampak terhadap masyakarat secara filosofis, bukan praksis.
"Tetapi dewasa ini mekanika kuantum adalah dasar dari semua komponen semikonduktor yang terpasang di komputer dan telepon seluler kita," jelas Lenz.
Untuk membuat sebuah semikonduktor modern, para insinyur harus paham sifat elektron ketika atom-atom disatukan dalam sebuah material yang solid.