Suara.com - Potensi berakhirnya peradaban manusia di dunia pada 2016 masih besar seiring dengan meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia, pengujian bom nuklir oleh Korea Utara, dan absennya langkah konkret untuk mengatasi perubahan iklim.
Sebagai gambaran betapa dekatnya dunia dengan kehancuran total akibat faktor-faktor itu, sejumlah ilmuwan yang tergabung dalam Bulletin of the Atomic Scientists, pada Selasa (26/1/2016) di AS, tak mengubah pengaturan "Jam Kiamat". Jarum menit pada jam simbolis itu, masih berjarak tiga menit dari pukul 00.00, angka yang melambangkan akhir dunia.
"Kecuali kita mengubah cara pikir, peradaban manusia masih berada dalam bahaya besar," kata Lawrence Krauss, ketua Dewan Sponsor Bulletin of the Atomic Scientists di Washington DC, AS.
Krauss mengatakan bahwa kesepakatan nuklir Iran dan perjanjian iklim di Paris pada 2015 memang membawa angin segar. Sayangnya pada waktu yang sama selain ketegangan klasik antara AS-Rusia, juga ancaman dari Korut, dua negara pemilik nuklir lainnya, India dan Pakistan juga sedang tidak akur.
Sementara itu, kesepakatan iklim di Paris yang disusun oleh ratusan negara di dunia dinilai tidak memberikan kejelasan soal langkah konkret apa yang akan diambil untuk memperlambat perubahan iklim yang kini sudah menunjukkan ancaman serius terhadap Bumi dan isinya.
Simbol Peringatan
Jam Kiamat itu sendiri dari tahun ke tahun terus mengalami perubahan. Pada tahun ini jam itu tak berubah dari 2015. Para ilmuwan beralasan kiamat kian dekat akibat perubahan iklim dan modernisasi serta penambahan ukuran senjata nuklir di dunia.
Pada 2014, jarum itu berjarak lima menit dari angka 00.00.
Adapun Jam Kiamat pertama kali diciptakan pada 1947, dua tahun setelah AS menjatuhkan bom atom ke Jepang pada Perang Dunia II. Ketika kiamat diramalkan sejauh tujuh menit dari tengah malam.
Bulletin of the Atomic Scientists didirikan pada 1945 oleh para ilmuwan di balik Manhattan Project, sekelompok orang pintar yang bertanggung jawab atas pembuatan bom nuklir AS pada Perang Dunia II, yang merasa bersalah melihat hasil karya mereka sendiri.
Keputusan untuk mengubah Jam Kiamat dibuat oleh dewan sains dan keamanan organisasi itu, yang di dalamnya berisi pakar fisika dan lingkungan dari seluruh dunia. Mereka akan berembuk dengan Dewan Sponsor, yang di dalamnya termasuk 17 penerima anugerah Nobel.
Sepanjang sejarahnya, waktu kiamat paling dekat terjadi pada 1953. Ketika itu jarum menit hanya berjarak dua menit dari 00.00, karena Uni Soviet dan AS berlomba menguji coba bom hidrogennya.
Berikut adalah tahun-tahu penting dalam perjalanan Jam Kiamat:
1953
Saat jarum menit berada di titik terdekat dengan tengah malam. AS dan Soviet menguji bom hidrogen.
1981
Jarum menit hanya berjarak empat menit dari 00.00. Di tahun sebelumnya, Sovie memutuskan untuk menginvasi Afghanistan dan Presiden AS, Jimmy Carter menarik atlet-atletnya dari Olimpiade Moscow.
1991
Jarum menit menjauh sebanyak 17 menit dari 00.00. Pada 1990 Perang Dingin dinyatakan berakhir, ketika AS dan Rusia mulai memangkas jumlah senjata-senjata nuklirnya. Tembok Berlin juga runtuh di tahun itu.
1998
Jarak jarum ke 00.00 kini tinggal sembilan menit. Penyebabnya, India dan Pakistan menggelar uji coba senjata nuklir.
2015
Jarum berada hanya tiga menit dari 00.00. Buletin itu menyebut perubahan iklim yang tak terkendali sebagai alasan dunia berada lebih dekat dengan kiamat. Selain iklim, pembaruan senjata nuklir juga jadi alasan. (AP)