"Like" Jadi Senjata Facebook Hadapi ISIS

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 22 Januari 2016 | 00:12 WIB
"Like" Jadi Senjata Facebook Hadapi ISIS
Contoh fitur Like pada media sosial Facebook (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sheryl Sandberg, salah satu petinggi Facebook, mengatakan bahwa salah satu cara untuk melawan propaganda kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah di media sosial itu adalah dengan fitur "Like".

Berbicara di arena Forum Ekonomi Dunia Davos, Sandberg yang menjabat sebagai Chief Operating Officer Facebook, mengatakan bahwa "Like" bisa menjadi senjata untuk menyerang ISIS di media sosial terbesar di dunia itu.

Ia mencontohkan aksi sejumlah pengguna Facebook di Jerman yang berusaha melawan seruan kebencian dan intoleransi di laman Facebook partai neo-Nazi dengan "Like", kemudian mengunggah pesan-pesan positif di laman tersebut.

"Laman yang tadinya dipenuhi dengan kebencian dan intoleransi kini berisi pesan-pesan berisi harapan dan toleransi," kata dia.

"Cara terbaik untuk melawan rekrutmen ISIS di media sosial adalah dengan suara dari mereka yang pernah bergabung dengan ISIS," jelas dia ketika mengarahkan penjelasan kepada kelompok teroris yang dikenal menggunakan internet sebagai sarana rekrutmen dan propaganda utamanya.

Menurut Sandberg, mereka yang pernah bergabung dengan ISIS mengetahui dengan baik pengalaman pahit bersama kelompok teroris yang bermarkas di Raqqa, Suriah tersebut.

"Mereka berhasil kabur dan menceritakan kebenaran. Melawan ujaran kebencian dengan kata-kata adalah cara terbaik sejauh ini," imbuh dia.

Pada hari yang sama di London, Inggris, bos Google Ideas, Jared Cohen mengatakan bahwa salah kunci untuk menumpas ISIS adalah dengan mengusir mereka dari open web, jaringan internet yang digunakan oleh sebagian besar orang di dunia.

Ia mengatakan ISIS harus dikunci di dalam dark web, jaringan internet bawah tanah yang tak bisa diakses oleh mesin pencari seperti Google, Yahoo, atau Bing, tetapi berisi sekitar 90 persen informasi yang terserak-serak di dunia maya. (The Guardian)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI