SpaceX Sukses Luncurkan Satelit, Tapi Gagal Daratkan Roketnya

Ruben Setiawan Suara.Com
Senin, 18 Januari 2016 | 06:30 WIB
SpaceX Sukses Luncurkan Satelit, Tapi Gagal Daratkan Roketnya
Roket Falcon 9 buatan SpaceX sebelum diluncurkan dari Pangkalan Udara Vandenberg. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah roket Falcon 9 milik perusahaan transportasi luar angkasa swasta SpaceX sukses mengirimkan sebuah satelit pemantau iklim ke orbit Bumi, hari Minggu (17/1/2016). Sayang, roket buatan perusahaan yang didirikan CEO Tesla Motor, Elon Musk itu, gagal mendarat kembali sesuai dengan rencana.

Level pertama roket peluncur berhasil mendarat kembali ke sebuah tempat pendaratan yang mengapung di Samudera Pasifik. Namun, roket peluncur tersebut terhempas terlalu keras sehingga satu kaki pendaratannya patah, demikian disampaikan Elon Musk lewat akun Twitternya.

Roket Falcon 9 yang memiliki ketinggian 22 tingkat, diluncurkan dari Pangkalan Udara Vandenberg, California pada Minggu pukul 10.42 pagi.

Roket Falcon 9 buatan SpaceX sebelum diluncurkan dari Pangkalan Udara Vandenberg. (Reuters)

Bulan lalu, SpaceX mencatat keberhasilan dengan mendaratkan roketnya di Florida. Jika saja pendaratan roket kedua di atas lautan ini berhasil, ini tentu menjadi kesuksesan kedua bagi perusahaan Elon Musk yang bercita-cita mengembangkan  roket murah dan bisa dipergunakan berulang kali.

Dua uji coba perusahaan tersebut untuk mendaratkan roketnya di lautan pada tahun 2015 juga menemui kegagalan. Apabila berhasil, SpaceX bisa meningkatkan fleksibilitas roketnya untuk mendarat di lautan, ketika mesin pendorong roket kehabisan bahan bakar untuk mencapai daratan.

Kendati gagal mendaratkan roketnya di lautan, Falcon 9 berhasil mengirimkan Jason 3, satelit milik AS dan Eropa, ke orbit Bumi.

Jason 3 adalah satelit berbobot 550kg. Satelit ini adalah satelit keempat yang dipergunakan untuk memantau lautan, dalam misi memantau perubahan iklim Bumi.

"Lebih dari 90 persen panas yang terperangkap dalam sistem Bumi sesungguhnya bergerak ke lautan," kata ilmuwan Jason 3, Laury Miller.

"Inilah yang membuat lautan kemungkinan punya peran besar dalam perubahan iklim Bumi," sambung Miller.

Program senilai 180 juta Dolar ini ditopang oleh lima badan, termasuk NOAA, badan federal AS yang mengurusi masalah kondisi laut dan atmosfer bumi.

Saat sudah sampai pada posisi 1.336 kilometer di atas Bumi, Jason 3 akan melepaskan gelombang radio ke lautan. Waktu yang diperlukan gelombang tersebut untuk memantul kembali ke satelit dipakai untuk menentukan ketinggian permukaan laut, hingga tingkat ketelitian mencapai 0,5 cm.

Dengan cara ini, para ilmuwan bisa mengetahui kenaikan permukaan air yang diakibatkan oleh pencairan es. Jason 3 bisa pula memantau pergerakan arus laut yang berdampak pada fenomena El Nino, memantau tsunami, serta tumpahan minyak. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI