Suara.com - Korea Selatan ternyata tak menganggap remeh negara tetangganya, Korea Utara, dalam bidang penguasaan teknologi. Kendati dikenal sebagai negara yang menutup diri dari pengaruh asing dan perkembangan dunia luar, Korea Utara nyatanya dianggap berpotensi menimbulkan ancaman.
Itulah latar belakang mengapa pemerintah Korea Selatan merekrut ratusan mahasiswa berbakat untuk dilatih menjadi hacker alias peretas handal. Pemerintahan Presiden Park Geun-hye dikabarkan telah mengumpulkan 120 programer terbaik Korea Selatan untuk diberi beasiswa penuh sebagai ganti wajib militer tujuh tahun.
Langkah tersebut diambil sebagai antisipasi terhadap pasukan hacker Korea Utara yang tak kalah handal. Bahkan, para hacker negeri Kim Jong-un tersebut disebut-sebut terlibat dalam peretasan perusahaan Sony Pictures Entertainment tahun lalu.
Tak hanya Korsel, kebutuhan untuk melatih "hacker topi putih" untuk mengatasi ulah para hacker nakal dirasa makin tinggi oleh banyak negara-negara industri dunia. Pasalnya, tak jarang, para hacker nakal ini menyerang informasi vital dari infrastruktur pemerintah.
Kementerian Teknologi Korea Selatan mendanai pelatihan bagi para mahasiswa yang terpilih dalam program beasiswa di fakultas pertahanan cyber nasional di Korea University. Angkatan pertama program tersebut akan lulus tahun depan.
Salah satu siswa dalam program tersebut adalah "Hyva", hacker berusia 21 tahun. Namanya sengaja disamarkan untuk alasan keamanan.
Hyva membatalkan niatnya masuk fakultas kedokteran untuk bergabung dengan program pemerintah. Ia memperoleh beasiswa sebesar 38 juta Won atau sekitar Rp453 juta untuk empat tahun dan uang saku sebesar 500.000 Won atau sekitar 6 juta perbulan.
Sejatinya, program ini hanyalah sebagian dari proyek cyber pemerintah. Saat ini, Korsel menggandakan pasukan cybernya menjadi berjumlah 1.000 orang. Dana yang digelontorkan untuk memperkuat keamanan informasi pun meningkat sebesar 50 persen menjadi 250 miliar Won pada periode tahun 2009 hingga 2015.
Di sisi Korea Utara, sebagaimana diungkap Kepala Komando Keamanan Korea Selatan Cho Hyun-chun, juga tak main-main dalam bidang keamanan cyber. Malahan, Korea Utara sudah leih dahulu membentuk pasukan cybernya pada awal era tahun 90an, saat mereka membangun senjata nuklirnya. Kini, mereka memiliki 1.700 hacker spesialis terlatih.
Penguasa Korea Utara Kim Jong-un dikabarkan amat tertarik dengan dunia internet. Hal itu ditunjukkan dengan, seperti dikutip Independent dari dprktoday.com, pembangunan agensi internet di Pyongyang pekan ini.
"Pasukan elit cyber Pyongyang (Korut) dibentuk untuk fokus menyerang fasilitas militer, ekonomi dan lainnya apabila terjadi perang," kata Kim Heung-kwang, seorang dosen ilmu komputer yang pernah mengajar di universitas Korea Utara sebelum dirinya membelot ke Korsel.
"Para hacker adalah sarana efektif untuk merebut fasilitas-fasilitas penting Korsel pada masa perang," sambungnya.
Kehebatan hacker Korut membuat Korsel terkejut. Pada tahun 2009, sebuah serangan cyber yang diduga dilakukan Korut, melumpuhkan situs-situs pemerintahan AS dan Korsel. Inilah yang kemudian mendorong Korsel untuk membangun pusat komando pertahanan cyber.
Serangan hacker Korut benar-benar membuat Korsel keteteran pada tahun 2013. Ketika itu, hacker Korut berhasil meretas sejumlah bank seperti Shinhan Bank, Nonghyup Bank, serta perusahaan penyiaran seperti Munhwa Broadcasting Corporation, Korean Broadcasting System, dan YTN. Diperkirakan, 32.000 server komputer berhasil dilumpuhkan. Kerugian ditaksir mencapai 750 juta US Dolar. (Independent)
Keteter Hacker Kim Jong-un, Korsel Didik Pasukan Hacker Mahasiswa
Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 29 November 2015 | 15:51 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
REKOMENDASI
TERKINI
Tekno | 09:00 WIB
Tekno | 08:32 WIB
Tekno | 08:00 WIB
Tekno | 06:30 WIB
Tekno | 21:00 WIB
Tekno | 20:50 WIB
Tekno | 20:00 WIB