Mahasiswa IPB Kembangkan Donat dari Kulit Pisang

Ardi Mandiri Suara.Com
Kamis, 26 November 2015 | 09:16 WIB
Mahasiswa IPB Kembangkan Donat dari Kulit Pisang
kulit pisang
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak lima mahasiswa IPB berhasil mengembangkan donat berbahan baku kulit pisang yang telah diekstrak menjadi tepung, lalu diolah menjadi produk bernama "Donat Drakula".

"Ekstrak kulit pisang dilakukan sebagai pemanfaatan limbah kulit pisang agar optimal. Kulit pisang diekstrak menjadi tepung, campuran bahan baku membuat donat, dan juga varian rasa toping atau selai isi donat," kata Rahmat Junaedi salah satu di antara lima penggagas "Donat Drakula" itu, saat ditemui di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (26/11/2015).

Rahmat menjelaskan kulit pisang banyak mengandung karbohidrat, air, vitamin C, kalium, lutein, antioksidan, kalsium, vitamin B, lemak, protein, minyak nabati, serat, serotin, dan serotonin.

Beberapa kandungan zat gizi yang terkandung dalam kulit pisang mengandung manfaat bagi manusia, di antaranya kandungan serotonin yang dapat menambah "mood" karena zat tersebut memengaruhi rasa bahagia dalam tubuh manusia.

"Minyak nabati dapat meredakan rasa nyeri pada tubuh, antioksidan dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh, dan kandungan vitamin serta mineralnya juga sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia," katanya.

Menurut mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB itu, penggunaan kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan "Donat Drakula" juga sebagai upaya mendukung program pemerintah terkait dengan diversifikasi pangan lokal dan upaya ketahanan pangan.

Yani Akhdan Rafif selaku ketua tim, menyebutkan selain kulit pisang, bahan baku pendukung "Donat Drakula" lainnya adalah labu kuning (Cucurbita moschata Durch).

Buah tersebut dikenal di kalangan masyarakat sebagai campuran pembuat sayur, kolak, kue talam, dodol, dan cake.

"Sudah seharusnya labu kuning diolah menjadi suatu produk inovatif dan bernilai ekonomi tinggi. Citra labu kuning sebagai sayuran yang murah dan biasa saja harus diubah menjadi sayuran bergizi tinggi dan disukai berbagai kalangan," katanya.

Penelitian "Donat Drakula " itu dibimbing oleh dosen dari Departemen Gizi Masyarakat FEMA Dr Drajat Martioanto.

Ia mengatakan FAO gencar mengomunikasikan agar seluruh negara di dunia mengurangi kehilangan pangan mulai dari proses produksi hingga penyajian.

"Pemanfaatan kulit pisang yang sudah diekstrak terlebih dahulu, bagian dari upaya kita untuk mengurangi 'food losses' dan wasta yang saat ini gencar disosialisasikan oleh FAO," katanya.

Menurut dia, kulit pisang yang telah diolah menjadi tepung berkarbohidrat mengadung amilum.

Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar, dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa. Manusia membutuhkan pati sebagai sumber energi yang penting.

"Kulit pisang bisa diubah dan dimanfaatkan untuk meningkatkan ketersediaan pangan, diversifikasi pangan, serta menciptakan sumber pangan baru," katanya.

Ia mengatakan pemanfaatan kulit pisang dan labu kuning untuk "Donat Drakula" juga menjadi alternatif lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor tepung terigu maupun gandum yang nilainya mencapai tujuh juta ton.

"Labu kuning juga dipercaya sebagai antibakterial, cacingan, memperbaiki status vitamin A, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Juga menjadi makanan pendamping ASI bagi bayi," katanya.

Rahmat mengatakan "Donat Drakula" sudah mendapat label halal dari MUI sehingga cocok dengan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Harga produk tersebut, yakni Rp30 ribu per kotak berisi 10 donat mini dengan varian rasa, vanila, cokelat, dan stroberi.

Sebanyak lima mahasiswa yang terlibat dalam penelitian "Donat Drakula" itu, berasal dari berbagai fakultas, yakni Yani Akhdan Rafif selaku ketua tim dari Fakultas Perikanan dan Kelautan, Oki Setiawan dari Fakultas Perikanan dan Keluatan, Rahmat Junedi (FEMA), Eva Siti Nurazizah dari Fakultas Peternakan, dan Aulia Novianti dari Fakulta Ekonomi dan Manajemen. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI