Peneliti Jepang Pertegas Status Manusia Hobit Flores

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 20 November 2015 | 10:04 WIB
Peneliti Jepang Pertegas Status Manusia Hobit Flores
Ilustrasi manusia purba (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak ditemukan pada 2003, kerangka manusia purba bertubuh mungil yang ditemukan di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur terus menjadi misteri dan sumber perdebatan bagi para ilmuwan dunia.

Beberapa ilmuwan konsisten mengatakan jika fosil berusia sekitar 18.000 tahun itu adalah spesies baru manusia, yang dinamai Homo floresiensis.  Sementara pada Agustus 2014 para ilmuwan dari Amerika Serikat, Australia, dan Cina menunjukkan bahwa kerangka purba itu milik manusia modern - Homo sapiens - yang mengalami masalah pertumbuhan, mirip dengan orang yang menderita down syndrome.

Baca: Studi Terbaru: Hobit Flores Bukan Spesies Baru Manusia

Tetapi penelitian paling mutakhir dari tim peneliti Jepang kembali memperkuat dugaan awal, jika manusia setinggi 0,9 meter di gua Liang Bua, Manggarai itu adalah spesies yang berbeda dari manusia modern. Mereka bahkan menduga jika para manusia hobit itu berasal dari nenek moyang yang sama dengan Homo sapiens.

Kesimpulan yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE edisi 18 November itu merupakan hasil analisis terhadap gigi dari fosil purba tersebut. Para ilmuwan Jepang itu merupakan peneliti pertama yang menganalisis secara lengkap gigi dari manusia purba Flores.

Dalam analisisnya itu para ilmuwan membandingkan 40 gigi manusia hobit Flores dengan gigi dari 490 manusia modern dari Asia, Oseania, Afrika, Eropa, dan milik manusia purba yang sudah punah seperti Homo habilis - spesies manusia yang diyakini sebagai pencipta peralatan atau perkakas dari batu.

Para peneliti menemukan bahwa gigi hobit Flores punya ukuran yang sama dengan manusia modern. Akan tetapi, ada fitur-fitur lain dari gigi hobit Flores yang berbeda sama sekali dari manusia modern.

Gigi hobit Flores memiliki sebuah mozaik unik yang biasa ditemukan pada kelompok hominini awal, yang bercampur dengan lebih banyak ciri gigi yang sudah berkembang lebih sempurna, yang biasa dilihat pada kelompok hominini baru. Misalnya, jelas para ilmuwan, gigi taring dan geraham depan hobit Flores masih primitif, tetapi geraham belakang sudah lebih berkembang, mirip seperti pada Homo sapiens.

Hominini sendiri adalah suku dari subfamili homininae dari famili hominidae dalam taksonomi manusia. Di bawah hominini terdapat genus homo yang membawahi manusia dan pan yang menurunkan simpanse. Homo adalah genus dari spesies manusia modern (homo sapiens), satu dari belasan spesies manusia yang baru diketahui hingga saat ini.

Temuan para ilmuwan Jepang ini bertolak belakang dengan studi dari 2014 yang mengatakan bahwa gigi manusia hobit Flores sama dengan manusia modern.
 
Para peneliti bahkan mengatakan bahwa bentuk dan ciri gigi hobit Flores sangat mirip dengan gigi Homo erectus, manusia purba yang ditemukan di Jawa. Akan tetapi Homo erectus memiliki tinggi badan sama dengan manusia modern.

"Bagi saya riset ini akan membalikan lagi keraguan akan asal muasal evolusi Homo floresiensis," kata pemimpin penelitian itu, Yousuke Kaifu, ilmuwan dari Museum Sains Nasional, Tokyo, Jepang.

Kaifu, dalam riset itu menduga bahwa di Pulau Flores yang sejak purba kala terisolasi oleh lautan, manusia purba mengalami dwarfisme dramatis, yang memaksa tubuh mereka menyusut dari 1,65 meter menjadi hanya 1,1 meter dan vulume otak dari 860 cm kubik menjadi 426 cm kubik. (Live Science)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI