Studi: Hanya 6% Air Tanah yang Tersisa bagi Manusia di Bumi

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 18 November 2015 | 10:57 WIB
Studi: Hanya 6% Air Tanah yang Tersisa bagi Manusia di Bumi
Ilustrasi pasokan air (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah ilmuwan yang dipimpin oleh peneliti dari Kanada telah berhasil menghitung jumlah air tanah yang tersisa di Bumi. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience edisi 16 November itu menunjukkan bahwa air tanah di Bumi berjumlah nyaris 23 juta kilometer kubik, tetapi hanya enam persen yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Dalam riset itu para peneliti menganalisis data-data geokimia, geologi, hidrologi, dan geospasial untuk mengukur jumlah air tanah yang tersisa di Bumi dan berapa besar yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Hasilnya mereka menemukan bahwa ada 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di bawah permukaan Bumi. Tetapi sebagian besar air itu tersimpan terlalu jauh dari jangkauan manusia. Hanya sekitar enam persen yang bisa digunakan manusia untuk konsumsi dan mendukung pertanian.

Sebagian kecil air tanah itu disebut sebagai "air tanah modern" karena usianya kurang dari 50 tahun. Meski hanya berkisar enam persen, jumlah air tersebut, jika disebarkan merata di seluruh daratan di Bumi, maka akan menyebabkan banjir setinggi 3 meter.

"Informasi ini belum diketahui sebelumnya," kata Tom Gleeson dari University of Victoria in British Columbia, pemimpin penelitian tersebut.

"Kami sudah tahu bahwa jumlah air di banyak aquifier terus berkurang. Kita terlalu cepat menggunakannya, lebih cepat dari siklus daurnya," Gleeson mengingatkan.

Ia juga mengatakan bahwa air tanah modern adalah lapisan air tanah yang paling banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim, khususnya oleh aktivitas manusia seperti limbah.

"Jadi sumber daya yang vital ini harus kita kelola dengan lebih baik," kata dia.

Kini Gleeson dan timnya sedang berusaha meneliti seberapa lama air tanah yang tersisa itu bisa bertahan di Bumi, sebelum habis dikonsumsi dan dicemari oleh manusia. (Newsweek/BBC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI