Suara.com - Persaingan antara Alphabet, yang sebelumnya dikenal sebagai Google, dan Facebook dalam bidang pengembangan pesawat nirawak alias drone, yang akan digunakan untuk menyebarkan akses internet ke seluruh dunia, rupanya telah memasuki babak baru.
Menurut penelusuran The Guardian, dua raksasa internet asal Amerika Serikat itu telah diam-diam mendaftarkan desain drone terbaru mereka kepada badan penerbangan federal AS (FAA).
Selain mendaftarkan desain drone, Alphabet diketahui berencana menggunakan sebuah fasilitas Spaceport America di New Mexico untuk menguji pesawat yang bisa terbang di atas ketinggian 60.000 kaki. Fasilitas itu sebelumnya dipakai Virgin Galactic sebagai untuk menguji teknologi pesawat luar angkasanya, SpaceShipTwo, yang jatuh pada Desember 2014.
Facebook, di sisi lain, diam-diam telah menerima purwarupa pesawat nirawak tenaga surya pertamanya dari sebuah anak usahanya di Inggris.
Menjelajah di Atas Jet Penumpang
Saat dunia sedang fokus pada drone berukuran kecil - seperti masakapai kurir Project Wing dari Alphapet dan Prime Air dari Amazon - Google dan Facebook rupanya sedang bermain-main dengan drone raksasa yang bisa terbang di atas jet penumpang, dengan ketinggian sekitar 90.000 kaki (sekitar 27,4 km) di atas permukaan laut.
Memanfaatkan tenaga surya, drone-drone raksasa itu bisa terbang selama berminggu-minggu atau berpekan-pekan di angkasa. Dalam teorinya, dengan kemampuan itu, drone raksasa Google dan Facebook bisa menyediakan internet cepat di area seluas sebuah kota.
Pada pertengahan tahun ini Facebook telah memperkenalkan sebuah drone bernama Aquila dengan panjang sayap 42 meter yang bisa terbang di ketinggian 90.000 kaki. Drone ini bisa memancarkan internet menggunakan gelombang radio maupun laser.
Aquila, yang dikembangkan Facebook di Inggris, terbuat dari serat karbon, material yang tiga kali lebih kuat ketimbang baja, dan jauh lebih ringan ketimbang alumunium. Connectivity Lab, laboratorium yang bertanggung jawab merancan Aquila, mengatakan drone itu akan berbobot sekitar 400kg dan bisa terbang tanpa henti selama 90 hari.
Menurut penelurusan The Guardian, purwarupa pertama Aquila sudah tiba di AS pada akhir September kemarin dan akan diuji terbang akhir tahun ini. Tetapi berdasarkan dokumen registrasi di FAA ditunjukkan bahwa drone itu berbobot di atas 500kg.
Ditemukan juga bahwa Aquila tak dibeli langsung oleh Facebook atau Internet.org, tetapi dibeli oleh FCL Tech Inc, sebuah perusahaan yang baru saja dibentuk oleh Facebook. Harga drone itu adalah 2 juta dolar AS atau sekitar Rp27,3 miliar (1 dolar AS pada Rp13.655).
FCL Tech Inc juga pernah membeli sebuah drone kecil bernama SM5 dari Facebook UK pada Agustus. Sama seperti Aquila, drone itu digerakkan empat motor listrik, tetapi bobotnya hanya 12,5 kg. Diduga drone itu adalah replika dari Aquila.
FCL sendiri diketahui telah menggelar beberapa uji coba pemancar digital yang mendukung jaringan broadband di sebuah bekas pangkalan angkatan laut di San Francisco, di dekat markas Facebook.
Google Kembali ke New Mexico
Adapun Google, baru-baru ini mendaftarkan dua drone, dengan nama M2 dan B3 pada FAA. Kedua drone itu berukuran lebih kecil dan bobotnya hanya 2,25kg dan B3 hanya seberat 900gram.
Awal tahun ini Google diketahui membeli sebuah perusahaan pembuat drone, Titan Aerospace. Mereka telah menguji drone yang panjang sayapnya hingga 50 meter New Mexico, AS. Sayang pada Mei lalu salah satu drone raksasa Google jatuh dalam uji coba.
Tetapi berdasarkan dokumen yang diajukan Google ke Komite Komunikasi Federal (FCC) AS, diketahui bahwa Google berencana kembali ke New Mexico untuk menggelar sebuah uji terbang high-altitude.
Uji terbang itu rencananya akan berlangsung hingga Maret 2016 dan berlangsung di ketinggian 25.000 kaki (sekitar 7,6km) di atas permukaan laut, ketinggian yang sama dengan frekuensi sinyal ponsel 4G LTE. Google diketahui juga akan menggelar uji terbang yang sama di Oregon dan pesisir California.
Makan Siang Gratis?
Baik Facebook dan Google belum mau mengomentari temuan ini.
Kedua perusahaan ini sebelumnya mengatakan upaya-upaya mereka itu bertujuan untuk menyediakan akses internet bagi dua pertiga manusia yang belum bisa menikmati akses internet, terutama yang tinggal di kawasan terpencil seperti di Afrika.
Tahun lalu Facebook telah membentuk sebuah inisiatif bernama Internet.org yang bertujuan untuk menyediakan internet bagi dua pertiga manusia di Bumi, terutama yang hidup di kawasan terpencil. Facebook dalam inisiatif itu menggandeng perusahaan besar seperti Nokia dan Samsung.
Dalam inisiatif ini Facebook tak hanya akan menggunakan drone, tetapi juga sudah menyiapkan satelit yang rencananya diluncurkan pada 2016.
Adapun Google juga sudah mempersiapkan satelit dan yang terbaru adalah mempersiapkan balon-balon udara untuk memancarkan internet di kawasan terpencil dunia, termasuk di Indonesia.
Tetapi, seperti kata pepatah, tak ada makan siang gratis. Facebook maupun Google, mengembangkan proyek ini bukan untuk kerja sosial semata. Mereka akan diuntungkan dengan penambahan pengguna baru, yang secara tidak langsung menjadi komoditas yang dijual kepada pengiklan, ketika proyek-proyek ini berjalan.
Dalam Senyap Google dan Facebook Kobarkan Perang Drone
Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 09 November 2015 | 07:49 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Cara Perbarui Sistem Google Play Manual di HyperOS
21 November 2024 | 14:11 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Tekno | 21:00 WIB
Tekno | 20:20 WIB
Tekno | 19:51 WIB
Tekno | 18:34 WIB
Tekno | 18:15 WIB