Suara.com - Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Amerika Serikat pada 25 Oktober mendatang untuk mencari investasi di bidang pertambangan dan internet. Dalam lawatan selama lima hari itu dia dijadwalkan bertemu dengan sejumlah petinggi perusahaan interenet di negara Abang Sam itu.
Salah satu raksasa teknologi yang akan dijumpai Jokowi, sapaan akrab Presiden, adalah Google, demikian dikatakan Menteri Kordinator Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia, Luhut Binsar Pandjaitan kepada Reuters, Jumat (16/10/2015).
Luhut, yang akan mendampingi Jokowi dalam lawatannya itu, membeberkan bahwa Presiden akan membicarakan soal penyediaan akses internet di Papua dan wilayah terpencil lainnya di Nusantara dengan Google. Ia tertarik dengan gagasan Google untuk menyediakan akses internet di wilayah terpencil menggunakan balon udara.
Baca juga: Google Uji Balon Pemancar Internet di Australia
Google sejak November 2014 silam memang sudah memperkenalkan "Project Loon", sebuah proyek yang bertujuan untuk menyediakan akses internet di wilayah-wilayah terpencil di dunia menggunakan balon udara.
Pernah Melintas di Udara Indonesia
Pada Maret 2015 salah satu balon internet Google bahkan diketahui melintas di wilayah udara Indonesia, tepatnya di atas perairan Laut Jawa pada hari Minggu (22/3/2015) pukul 16.45 WIB.
Situs pemantau penerbangan Flightradar24 mendeteksi balon, yang berkode panggilan terbang HBAL436 itu, sedang melayang di atas Laut Jawa pada ketinggian 67.200 kaki atau 20,4 kilometer di atas permukaan laut. Kecepatannya bervariasi, antara 33-34 knot. Balon itu bergerak ke arah barat laut.
Baca juga: Wow, Balon Internet Google Terbang di Atas Laut Jawa
Menurut lintasan terbang yang tergambar di peta Flightradar24, balon tersebut bergerak dari arah timur, yakni Pulau Sulawesi.
Balon pemancar internet Google sendiri bekerja dengan cara sederhana. Stasiun di darat yang menjadi pusat sinyal internet akan memantulkan sinyal internet ke balon-balon yang melayang di ketinggian dua kali lipat ketinggian terbang pesawat jet penumpang.
Sinyal itu akan dipantulkan dari satu balon ke balon lain dan akhirnya ditembakkan ke wilayah yang disasar. Akan tersedia panel surya seukuran meja yang menjadi sumber listrik bagi perangkat teknologi di dalam balon. Balon udara bisa bertahan selama 100 hari di angkasa.
Project Loon dikembangkan Google sejak 2011 oleh para ilmuwan dari Google X, laboratorium rahasia yang juga mengembangkan Google Glass dan mobil nirawak. Selain menggunakan balon udara, Google juga diketahui berambisi menyediakan akses internet di pelosok Bumi menggunakan pesawat nirawak (drone)
Sambangi Markas Apple
Selain bertemu Google, Luhut juga mengatakan bahwa Jokowi akan dijamu makan malam oleh CEO Apple, Tim Cook, di Cupertino, California, AS. Mereka rencananya akan berbicara tentang rencana investasi Apple di industri timah, material yang dibutuhkan Apple dalam memproduksi iPhone dan gadget lainnya.
Indonesia adalah pengekspor timah terbesar di dunia. Sumber timah di Tanah Air banyak terdapat di Bangka dan Belitung.
Baca juga: Kunjungi Markas Apple, Jokowi Akan Makan Malam dengan Tim Cook
Apple sendiri terus berupaya agar material yang digunakan dalam produknya bebas dari masalah hukum. Mereka menghindari material yang diperoleh dari tambang yang mempekerjakan tenaga kerja anak-anak dan yang tidak ramah lingkungan.
"Apple ingin berinvestasi... di industri timah di Bangka-Belitung," kata Luhut, "Mereka ingin timah yang langsung dari sumbernya."
Jokowi, yang juga akan bertemu dengan pimpinan Facebook dan Microsoft, ingin agar raksasa-raksasa teknologi asal AS itu bekerja sama dengan universitas-universitas di Indonesia dalam mengembangkan pusat-pusat edukasi, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat perkembangan teknologi di kawasan Asia Tenggara. (Reuters)