Studi: Manusia Purba Tidur Cuma Sebentar

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 16 Oktober 2015 | 19:10 WIB
Studi: Manusia Purba Tidur Cuma Sebentar
Ilustrasi manusia yang hidup di periode berburu dan mengumpulkan (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nenek moyang manusia diduga tidur dalam durasi waktu yang lebih singkat ketimbang manusia modern, demikian hasil sebuah penelitian di Amerika Serikat yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology edisi 15 Oktober.

Dalam penelitian itu ditemukan bahwa nenek moyang manusia, yang hidup di periode berburu dan mengumpulkan makanan, hanya tidur 6,5 jam setiap malam. Bandingkan dengan manusia modern yang tidur sekitar tujuh sampai sembilan jam per malam.

Para ilmuwan dalam penelitian itu memantau 98 orang selama 1.165 malam. Mereka yang diteliti adalah beberapa komunitas tradisional di Afrika dan Amerika Selatan, yang pola hidupnya sangat mirip dengan manusia di masa berburu dan mengumpulkan yang hidup di sekitar 10.000 tahun silam.

"Bagi saya kelompok-kelompok ini, yang kian jarang ditemui, memberikan kita kesempatan terakhir untuk memahami pola tidur manusia sebelum kita menciptakan beragam peradaban," kata Jerome Siegel dari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat.

"Kini jelas bahwa mereka tidak tidur lebih lama ketimbang kita," ujar dia.

Siegel dan timnya dalam riset itu memantau pola hidup masyarakat tradisional Hadza di Tanzania, San di Namibia, dan Tsimane di Bolivia.

"Tiga kelompok ini punya durasi tidur yang sama dan jam tidur yang sangat mirip," jelas Siegel.

Selain pola tidur malam, para peneliti juga menemukan bahwa nenek moyang manusia tak mengenal tidur siang. Temuan lain yang menarik adalah suhu udara adalah faktor paling penting yang memengaruhi pola tidur manusia purba, bukannya cahaya.

Sebagian besar anggota komunitas yang mereka pantau, mulai tidur rata-rata 3,3 jam setelah matahari terbenam.

"Yang kami saksikan cukup mengejutkan. Mereka tidur ketika suhu mulai turun dan ketika dingin sudah mencapai puncaknya, mereka bangun," kata Siegel.

Yang juga mengejutkan adalah, meski komunitas-komunitas tradisional ini tidur lebih singkat ketimbang yang direkomendasikan oleh organisasi-organisasi kesehatan dunia (sekitar tujuh sampai sembilan jam), mereka tak pernah mengeluh kecapaian.

Kasus insomnia atau susah tidur juga sangat jarang ditemukan. Dua dari tiga komunitas itu, bahkan tak punya kata dalam bahasa setempat untuk mengekspresikan masalah susah tidur. (BBC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI