Tengah Dikembangkan, Pembangkit Listrik dari Rumput Laut

Kamis, 15 Oktober 2015 | 08:48 WIB
Tengah Dikembangkan, Pembangkit Listrik dari Rumput Laut
Petani memanen rumput laut di pesisir Pantai Batauga, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, Agustus lalu. (Antara/Ekho Ardiyanto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Pembangkit Listrik Jawa Bali (PJB) mengembangkan potensi energi terbarukan pembangkit listrik dari bahan rumput laut di beberapa daerah di Indonesia.

"Indonesia adalah negara maritim, dan memiliki banyak rumput laut. Ini harus dikembangkan," kata Direktur Utama PJB Mulyo Adji dalam jumpa pers, di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, dari pengembangan potensi pada saat ini sesuai prediksi penelitian, mampu menghasilkan energi sebesar 10 megawatt.

"Secara teknis ini adalah pembangkit listrik tenaga bio gas, namun bahan dasar pembangkit listrik tersebut adalah rumput laut," katanya.

Tempat pengembangan, pada saat ini masih di daerah Minahasa Selatan dan Sumenep, sebelum kemudian dilanjutkan di daerah-daerah lainnya.

Pengembangan ini adalah berdasarkan nilai efisiensi untuk memangkas distribusi serta penggalian potensi energi terbarukan.

"Daripada harus mengangkut batu bara ke daerah-daerah, atau minyak ke berbagai penjuru sebagai pembangkit energi, cara ini adalah paling efisien," katanya.

Selain itu, ia juga menginginkan bahwa yang mengoperasikan pembangkit-pembangkit tersebut adalah putera bangsa, bukan dari warga asing.

Pengembangan dari pembangkit energi terbarukan adalah bagian dari target pemerintah di mana pada tahun 2025 sebanyak 30 persen energi listrik, berasal dari energi terbarukan, agar setiap daerah di Indonesia mampu merasakan manfaat listrik.

Sementara itu, terkait energi terbarukan dari matahari atau pembangkit listrik tenaga surya, ia mengatakan bahwa sebaiknya pemerintah mewajibkan pada setiap gedung-gedung bertingkat agar diberikan panel surya pada setiap atap gedungnya.

"Jika setiap atap gedung diberikan panel surya, maka banyak sekali penghematan yang bisa dilakukan, seperti di kota-kota besar di Amerika hal ini sudah dilakukan dan cukup efisien," katanya.

Kelemahan pada saat ini, untuk merealisasikan kebijakan tersebut adalah mahalnya bahan baku panel surya yang harus didatangkan melalui proses impor.

"Ketika Indonesia sudah bisa memproduksi panel surya sendiri, itu adalah cara yang bagus untuk memaksimalkan penghematan anggaran energi," tambahnya. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI