Studi: Hormon Pialang Bisa Guncang Pasar Finansial

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 02 Oktober 2015 | 15:38 WIB
Studi: Hormon Pialang Bisa Guncang Pasar Finansial
Ilustrasi pialang pada bursa saham (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kadar hormon testosteron dan cortisol dalam tubuh seorang pialang rupanya bisa menjadi salah satu faktor yang menggoyang pasar saham, karena membuat seorang pialang berani mengambil risiko, demikian hasil sebuah penelitian yang digelar oleh para ilmuwan dari Inggris dan Spanyol.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports pada Juli itu digelar agar para pengambil kebijakan membangun institusi-institusi keuangan yang lebih stabil.

"Kami melihat bahwa perubahan hormon bisa membantu untuk memahami perilaku pialang saham, terutama ketika pasar finansial sedang dalam kondisti tak stabil," kata Dr Carlos Cueva dari pakar ekonomi dari Universitas Alicante, Spanyol.

Rekan Cueva dari Departemen Kesehatan Universitas Imperial College London, Inggris, Dr Ed Roberts, mengatakan studi itu digelar karena mereka menduga bahwa lingkungan kerja pialang yang penuh tekanan dan persaingan bisa memicu naiknya kadar hormon cortisol dan testosteron pada pialang.

Jumlah cortisol dalam tubuh biasanya meningkat ketika ada tekanan berlebih terhadap fisik dan mental. Ketika kadar cortsiol naik, maka kadar gula dalam darah juga naik, dan tubuh dipersiapkan untuk bertarung.

Sementara penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa tingginya kadar testosteron dalam tubuh lelaki bisa membuatnya lebih percaya diri dan sukses dalam situasi persaingan.

"Ketika kita melihat pada lingkungan kerja para pialang, kita harus melihat apakah lingkungan itu penuh tekanan atau justru terlalu kompetitif. Faktor-faktor ini bisa memengaruhi hormon para pialang dan berdampak pada pengambilan keputusan," kata Roberts.

Dalam studi itu para peneliti menggelar dua eksperimen. Mereka merekrut 142 sukarelawan, lelaki dan perempuan. Kemudian contoh air ludah mereka dikumpukan untuk menghitung kadar dua hormon dalam tubuh mereka.

Para sukarelawan kemudian dipisahkan dalam 10 kelompok untuk terlibat dalam sebuah permainan yang mensimulasikan situasi dalam sebuah bursa, yang di dalamnya mereka diminta untuk memperdagangkan aset yang mereka miliki.

Hasilnya ditemukan bahwa, mereka yang punya hormon cortisol lebih tinggi, lebih cenderung untuk mengambil risiko. Kelompok yang sebagian besar anggotanya punya kadar cortisol tinggi, cenderung membuat harga aset tidak stabil.

Eksperimen pertama itu, kemudian disusul dengan eksperimen serupa yang melibatkan 75 lelaki. Sebelum permainan itu digelar, mereka dibagi dalam dua kelompok. Salah satu kelompok diberi dengan hormon cortisol dan kelompok kedua dengan hormon testosteron.

Dari eksperimen kedua diketahui bahwa, kedua hormon itu mendorong para pialang untuk berinvestasi pada aset yang lebih berisiko. Cortisol terlihat secara langsung mendorong para pialang untuk menaruh uangnya di aset-aset berisiko. Sementara testosteron membuat para pialang lebih optimistik bahwa harga akan berubah di masa depan.

"Hasil studi ini menunjukkan bahwa cortisol dan testosteron mendorong perilaku berisiko dalam pasar saham dalam jangka pendek," kata Roberts.

Meski demikian ia mengakui riset ini masih terbatas di dalam laboratorium dan harus diuji langsung pada para pialang di pasar finansial sungguhan.

"Akan sangat menarik untuk mengukur kadar hormon pialang di dunia nyata dan untuk melihat pengaruhnya dalam jangka panjang," kata Roberts.

Sebelumnya para ekonom awal sudah meramalkan bahwa perilaku manusia yang tak terduga bisa membuat pasar finansial tak stabil. Ekonom John Maynard Keynes pernah menulis bahwa "sifat-sifat binatang" dalam diri manusia bisa menjadi salah satu faktor yang membuat harga sebuah aset di pasaran naik secara tidak rasional. (Phys.org)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI