Suara.com - Startup sejatinya sebuah ikhtiar untuk mengatasi masalah dengan cara-cara kreatif memanfaatkan teknologi dari era komputasi internet. Masalahnya bisa apa saja, dengan tingkat keruwetan beragam. Mulai dari solusi untuk mengentaskan kebosanan ketika menunggu bus, sampai yang sangat rumit, semisal carut-marut sistem logistik di Tanah Air.
Logistik dan kerumitan. Di Indonesia, dua kata ini saling menjelaskan dengan sempurna. Pada 2014 Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengatakan biaya logistik di Tanah Air adalah yang terbesar di Asia Tenggara, mencapai 27 persen dari harga produk, sementara negara Asia Tenggara lainnya biaya logistik di bawah 10 persen.
Sementara menurut DHL Supply Chain, dalam sebuah survei yang diumumkan tahun ini, sebanyak 73% pengusaha Indonesia tak bisa mengontrol biaya logistik. Dalam survei ini DHL juga menggelar studi di India, Thailand, dan Vietnam. Hasilnya persentase di Indonesia adalah yang tertinggi.
Lalu startup mana, yang sedemikian ambisius, sehingga yakin bisa memberikan solusi untuk masalah ini?
Etobee, namanya. Ia satu dari banyak startup yang berusaha memanfaatkan gelembung sektor e-commerce di Tanah Air, tetapi secara spesifik adalah sebuah pasar besar yang mempertemukan antara perusahaan-perusahaan logistik dengan para pelanggannya.
"Kami adalah sebuah mobile marketplace. Di Etobee perusahaan logistik, dari yang besar sampai yang besar berkumpul dan dipertemukan dengan pelanggan yang akan mengirim barangnya," kata Sven Milder, CEO dan salah satu pendiri Etobee dalam perbicangan dengan Suara.com di Jakarta, pekan lalu.
Etobee, sambung Iman Kusnadi, juga pendiri startup itu, sebagai marketplace memberikan dua rupa layanan pada dua pengguna berbeda.
"Pertama, pengguna biasa seperti kita-kita ini atau pedagang online, yang membeli dan menjual barang di toko online atau mau mengirim dokumen ke rekan bisnis," kata Iman yang menjabat sebagai direktur operasional (COO) Etobee.
Etobee menyediakan aplikasi mobile, di telepon seluler pintar berbasis Android dan iPhone, yang bisa digunakan untuk mencari dan memesan kurir secara real time. Sebuah peta berisi lokasi-lokasi kurir terdekat akan ditayangkan pada ponsel dan pengguna bisa memilih kurir dalam radius 7 km dari posisinya.
Jasa ini bisa dimanfaatkan oleh semua jenis konsumen, baik pribadi atau pun perusahaan seperti toko online yang ingin mengantarkan produknya pada pembeli.
Saat ini Etobee sudah memiliki sekitar 1500 kurir dari beberapa perusahaan, baik yang menggunakan sepeda motor hingga truk berkapasitas muat besar di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang bisa melayani pengiriman barang. Milder mengklaim pengguna Etobee bisa mencari kurir hanya dalam dua menit.
"Mereka bukan orang biasa, tetapi kurir profesional dari perusahaan yang kami seleksi dengan standar yang sangat ketat," jelas Milder.
Sebagai startup yang mengandalkan teknologi, Etobee tak hanya berhenti pada mempertemukan perusahaan penyedia jasa kurir dan pelanggan dalam sebuah pasar digital. Dalam aplikasinya Etobee juga menyediakan fitur chatting.
"Anda bisa menggunakan fitur ini untuk berkomunikasi dengan toko tempat Anda membeli barang yang sedang diantarkan pada Anda atau dengan kurir yang mengantarkan barang," kata Milder.
Fitur lain yang menarik adalah Track dan Monitor Paket, yang berfungsi untuk melacak dan memantau lokasi paket dan status pengiriman barang. Dengan fitur ini pengguna bisa melihat lokasi dan pergerakan paketnya dalam peta, dan memperkirakan kapan paket itu tiba.
Etobee juga memberikan layanan pembayaran mobile melalui dompet virtual, yang bisa Anda isi ulang melalui berbagai layanan perbankan.
"Kami menjamin sistem ini aman dan lebih fleksibel dalam melakukan transaksi," kata Milder.
Dengan sistem dompet virtual ini, Etobee menjamin paket akan sampai di tangan yang tepat, karena ongkos yang dibayarkan tak dipindahkan ke akun kurir jika penerima paket belum memastikan barang tersebut diterima melalui kode verifikasi yang tersedia.
Lebih Hemat
Selain memberikan layanan kepada pengguna jasa kurir, misi besar Etobee adalah menyelenggarakan logistik yang efisien, baik dalam pengoperasian armada kurir maupun manajemen demand & supply di perusahaan logistik.
"Dengan Etobee perusahaan logistik, kurir dan armadanya akan memperoleh pesanan pengiriman barang lebih banyak," kata Iman, yang juga aktif dalam organisasi Asosiasi Logistik Indonesia.
Tetapi selain menyediakan lebih banyak pesanan pengiriman, Etobee juga menawarkan layanan yang jauh lebih bernilai: manajemen perusahaan logistik yang lebih efisien. Dengan kelebihan ini startup ini yakin bisa mengundang lebih banyak perusahaan untuk bergabung.
"Perusahaan logistik kecil yang misalnya hanya punya dua mobil atau sepeda motor bisa mendapatkan banyak pengiriman karena kami menyediakan lebih banyak pelanggan untuk mereka," kata Iman.
Sebaliknya untuk perusahaan logistik besar, Iman menawarkan efisiensi, termasuk efisiensi pengoperasian armada. Dengan sistem tracking dan monitor Etobee, perusahaan bisa mengetahui lokasi para kurir, jumlah muatan dalam truk atau sepeda motor mereka, dan kendaraan-kendaraan mana yang tersedia untuk mengantar paket.
"Dengan teknologi ini, perusahaan bisa mengoptimalkan armadanya dan tak ada lagi kiriman yang terbengkalai, karena semua armada terpantau. Misalnya sebuah truk mengantarkan paket ke bandara dan ketika pulang tak membawa apa-apa. Maka Etobee bisa memberikan peluang agar truk itu pulang dengan membawa paket," ujar Iman.
Etobee juga memiliki sistem multi-pick up dan drop off, yang mencegah penggunaan kendaraan besar dalam pengiriman barang kecil. Dengan sistem ini Etobee memaksimalkan jumlah barang yang dibawa oleh satu kurir yang menuju satu area yang sama.
Dengan demikian, imbuh dia, armada tak saja menjadi lebih optimal, tetapi konsumsi bahan bakar kendaraan juga menjadi lebih irit dan ekonomis.
Etobee juga menyediakan sistem pelaporan dokumen pengiriman barang yang lebih cepat kepada perusahaan logistik. Lebih menariknya lagi, semua laporan itu tersedia secara digital, sehingga lebih transparan dan tak boros kertas.
"Yang selama ini juga menjadi masalah adalah sistem pelaporan dokumennya. Misalnya setelah mengirim barang, kurir harus kembali membawa proof of delivery (POD) untuk membuktikan bahwa paket sudah diterima," jelas Iman.
"Tetapi dengan Etobee, POD akan diberikan melalui notifikasi SMS dan email. Demikian juga dokumen-dokumen lainnya, sehingga meja di kantor-kantor logistik lebih rapih, bersih, dan bebas dari kertas menumpuk," imbuh Iman lagi.
Iman mengatakan, setelah mulai beroperasi di awal September, Etobee berambisi untuk menjadi salah satu penyedia jasa kurir dan logistik terbesar di Indonesia dalam tiga tahun ke depan.
"Kami mau menjadi seperti JNE dalam tiga tahun," tegas Iman, menyebut nama salah satu perusahaan kurir dan logistik di Indonesia.
Untuk 2015 sendiri Etobee menargetkan menerima 10.000 transaksi dan membangun layanannya di 10 kota besar di Tanah Air, khususnya di Jawa dan Bali. Untuk pemasukan, Etobee akan memotong fee tertentu dari setiap transaksi berlangsung.
"Ini target yang optimistik tapi bisa tercapai. Karena hanya dua pekan setelah soft launching, kami sudah menerima ratusan pengunjung dan ratusan order," klaim Iman.
Milder dan Iman juga berambisi mengembangkan layanan Etobee tak hanya di Indonesia, tetapi juga ke negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.
"Kami ingin mulai dari Indonesia, karena di sini masalah logistik sangat rumit. Jika kami berhasil di sini, maka negara lain bukan lagi masalah," tutup Milder.