Dari sembilan kantung populasi Badak Sumatera di Sumatera dan Kalimantan, hanya tersisa empat kantong saja.
Hasil studi terakhir menunjukkan sudah terjadi kepunahan lokal, seperti diTaman Nasional Kerinci Seblat yang sejak tahun 2008 sudah tidak lagi ditemukan Badak Sumatera.
Data terakhir berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA, 2015) melansir populasi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatrensis) diperkirakan tersisa sekitar 100 individu yang hidup dikawasan-kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas dan satu kantung populasi yang baru teridentifikasi pada2013 di Kalimantan Timur.
Temuan keberadaan Badak Sumatera di Kalimantan, menurut dia, membawa angin segar karena sebelumnya di percaya sudah punah.
"Ini menjadi harapan di tengah prediksi mengenai menurunnya angka populasi badak di dunia," ujarnya.
WWF Indonesia bersama Sekretariat Bersama Badak Indonesia sedang meneliti lebih lanjut untuk mengetahui jumlah populasi dan keberadaannya agar dapat diupayakan langkah-langkah penyelamatan yang tepat untuk menjaga dan mengembangkan populasi Badak Sumatera di Kalimantan.
Selain mencarikan rumah kedua bagi badak, upaya penyadaran masyarakat untuk menjaga bersama populasi satwa langka itu juga dinilai sangat penting.
Untuk memperingati Hari Badak Internasional (World Rhino Day) 22 September 2015, WWF Indonesia bekerjasama dengan beberapa lembaga menggelar sejumlah kegiatan di Aceh, Lampung, Ujung Kulon, Jakarta dan Kutai Barat mulai dari diskusi fotografi satwa liar dan konservasi badak, lomba penulisan blogger, kampanye bersama di sekolah-sekolah. (Antara)