Merasa Udara Makin Panas? Ini Penyebabnya

Sabtu, 22 Agustus 2015 | 09:49 WIB
Merasa Udara Makin Panas? Ini Penyebabnya
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Apakah Anda merasa, beberapa waktu belakangan ini suhu udara makin panas? Atau cuaca ekstrem yang ditandai dengan kekeringan, hujan yang sangat deras, serta gelombang panas di beberapa daerah semakin sering terjadi?

Deretan permasalahan lingkungan ini disebut sebagai pertanda perubahan iklim. Kondisi ini sebenarnya sudah terjadi sejak satu abad terakhir dan menyebabkan kenaikan suhu global rata-rata sebesar 1 derajat celcius. Dampak nyata lainnya juga dapat dilihat dari mencairnya lapisan es serta meningkatnya permukaan laut hingga belasan centimeter.  

Lantas, apa yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan bumi untuk anak, cucu dan generasi mendatang? PT. Unilever Indonesia kembali meluncurkan kampanye "brightFuture" dan mengajak masyarakat untuk peduli dan secara aktif ikut menjadi bagian dalam mengatasi perubahan iklim, dengan cara memberikan dukungannya di situs brightfuture.unilever.co.id.

"Perubahan iklim merupakan salah satu tantangan besar bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Nantinya melalui dukungan yang sudah terkumpul pada situs tersebut, Unilever bersama WWF akan mewakili masyarakat untuk melindungi satu juta pohon di Indonesia dan Brazil," jelas Maria Dewantini Dwianto, Head od Corporate Communication PT. Unilever Indonesia dalam peluncuran kampanye brightFuture, di Jakarta, Jumat (21/8/2015).

Khusus di Indonesia, program perlindungan hutan oleh Unilever dan WWF ini akan dilaksanakan di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Kawasan Hutan Lindung Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Brasil dan Indonesia dipilih, kata Devy Suradji, Marketing Director WWF Indonesia, dikarenakan kedua negara ini memiliki laju deforestasi tertinggi. Ada sekitar 13 hektar lahan hutan hilang setiap tahunnya, dan berdasarkan analisis Forest Watch Indonesia, laju deforestasi di Indonesia adalah sekitar 1,13 juta hektar per tahun.

"Inilah yang harus diselamatkan. Tak hanya gencar untuk menanam pohon, tapi masyarakat juga harus sadar betapa pentingnya untuk menjaga dan melestarikan pohon. Di samping penanaman, yang alami jangan juga merusak hutan," tegasnya.

Devy menambahkan, bahwa ada sekitar 1,6 miliar orang bergantung pada hutan secara langsung untuk makanan, tempat tinggal, bahan bakar dan juga sebagai sumber pendapatan. Hutan yang juga sebagai 'paru-paru dunia' ini memiliki peranan yang penting dalam memperlambat perubahan iklim.

Hutan yang ada di seluruh dunia saat ini, diperkirakan menyimpan lebih dari 1 triliun ton karbon. Jumlah ini dua kali dari jumlah karbon yang ada di atmosfer atau setara dengan berat sekitar 2000 kali berat total dari 7miliar manusia yang hidup di dunia.

"Ketika hutan mengalami peningkatan kepadatan maupun luas, hutan akan berperan sebagai 'penyerap' karbon, karena hutan mengambil karbon yang ada di atmosfer dan menyimpannya. Bayangkan bagaimana jika hutan semakin hilang" pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI