IAEA: PLTN Lebih Aman Dibandingkan Pembangkit Lain

Sabtu, 15 Agustus 2015 | 01:12 WIB
IAEA: PLTN Lebih Aman Dibandingkan Pembangkit Lain
Ilustrasi reaktor nuklir. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Keamanan Radiasi, Transportasi dan Limbah Badan Atom Internasional (IAEA), Pil-Soo Hahn, mengatakan secara keseluruhan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) lebih aman dibandingkan pembangkit listrik lainnya.

"Setiap pembangkit memiliki risiko masing-masing, namun saya bisa mengatakan PLTN bisa mengurangi risiko hingga satu berbanding 100.000 kemungkinan asalkan mengikuti regulasi keamanan," ujar Hahn dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan pembangkit listrik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memiliki dampak lingkungan yang cukup serius.

Pada proses pembakaran batu bara, selain menghasilkan panas juga menghasilkan polutan yang mencemari lingkungan dan merusak lapisan ozon.

PLTU juga mengakibatkan rusaknya biota laut dan pantai yang berada di dekat dengan kawasan PLTU tersebut.

"Sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia sudah mampu mengelola nuklir. Hal itu dibuktikan dengan hasil tinjauan kami," cetus Hahn.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) Markus Wauran mengatakan bahwa sejumlah negara maju berlomba-lomba membangun PLTN.

"Negara maju berlomba-lomba bikin PLTN, sementara di Tanah Air masih dalam perdebatan," ujar Markus beberapa waktu lalu.

Amerika Serikat punya 100 PLTN, sekarang sedang membangun lima unit PLTN lagi. Kemudian Rusia, yang saat ini memiliki 33 PLTN, dan sedang membangun 11 PLTN baru.

"Tiongkok juga memiliki 27 unit PLTN yang beroperasi, dan sedang membangun 23 unit lagi," jelas Markus.

Meskipun, negara-negara tersebut juga memiliki banyak kandungan minyak bumi dan gas.

Menurut Markus, diversifikasi energi dilakukan sejumlah negara maju itu bertujuan agar tidak tergantung pada satu sumber energi.

PLTN hemat 100 kali dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

"Begitu juga dengan pembangkit berbahan bakar terbarukan. Potensinya hanya 27.000 MW. Jika seperti itu sulit mencapai ketahanan energi. Oleh karenanya diperlukan PLTN," terang Markus. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI